Oleh : Ustadz Ibnu Mas'ud
PERMULAAN SHALAT
1. Memperbaiki
(menyempurnakan) wudhu’
Yaitu mengerjakan wudhu sebagaimana yang
diperintahkan Allah melalui firman-Nya, “Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu ingin mendirikan shalat maka basuhlah wajahmu dan
tanganmu sampai ke siku dan usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu
sampai kedua mata kaki.” (QS, Al-Maidah : 6), dan Nabi saw
bersabda, “Tidak diterima shalat kecuali dalam keadaan suci.”, dalam
riwayat lain “Allah tidak menerima shalat salah satu diantara kalian
ketika berhadats sehingga ia berwudhu.” (HR. Bukhari Muslim dari
Abu Hurairah ra)
2. Orang yang shalat harus
menghadapkan wajahnya ke kiblat
Yaitu Ka’bah dimana saja dia berada
dengan badannya dengan niat dalam hatinya mengerjakan shalat yang
dikehendaki dari (shalat) fardhu atau (shalat) sunat. Dari Abu Hurairah
ra berkata, “Sesungguhnya Nabi saw bersabda, “Jika engkau bangkit
hendak shalat, maka sempurnakanlah wudhu’ kemudian menghadaplah ke
kiblat lalu bertakbirlah,” (HR. Bukhari Muslim), dan
tidak mengucapkan niat dengan lisannya (bagi yang menghendaki), karena
melafatkan niat dengan lisan tidak disunahkan oleh Nabi saw juga para
shahabat ra, namun boleh juga dilafatkan dengan lisan. Apabila dalam
shalat jama’ah ada orang perempuan sebaiknya dibuatkan satir (pembatas).
3. Membaca
takbiratul ihram, dengan mengucapkan, “Allahu Akbar”
Yaitu mata
memandang tempat sujudnya. Dari ‘Aisyah ra berkata, “Adalah
Rasulullah saw jika membuka shalat dengan membaca takbiratul ihram,” (HR.
Muslim) Dari Anas bin Malik ra berkata, “Rasulullah bersabda,
“Apakah sebabnya kaum-kaum itu mengangkat pandangannya ke langit ketika
shalat. Lalu Rasul mempertegas sabdanya itu dengan bersabda, ”Hendaklah
mereka berhenti dari (pandangannya ke langit) itu, atau pandangan mereka
dicabut.” (HR. Bukhari)
4. Mengangkat
kedua tangannya ketika takbir sampai sejajar dengan kedua bahunya atau
sampai sekitar kedua telinganya.
Abi Humaid As-Sa’idi berkata, “Aku
melihat Rasulullah saw ketika bertakbir beliau mengangkat kedua
tangannya sejajar dengan kedua bahunya,” (HR. Bukhari) Dari Wail
bin Hujr ra berkata, bahwa telah melihat, “Sesungguhnya Nabi saw
bertakbir ketika masuk (mulai) shalat dengan bertakbir (Alloohu Akbar)
dengan mengisyaratkan kedua tangannya (diangkat) sekitar kedua
telinganya kemudian diletakkannya dibalik bajunya kemudian diletakkannya
tangannya yang kanan diatas tangannya yang kiri, maka ketika hendak
ruku’ dikeluarkannya kedua tangannya dari balik bajunya, kemudian
diangkat keduanya kemudian bertakbir (Alloohu Akbar) maka ruku’lah.
Maka ketika mengucapkan “Sami’alloohu liman hamidah” (I’tidal),
diangkat kedua tangannya, maka ketika sujud, sujudlah diantara kedua
telapak tangannya.” (HR. Muslim)
5. Meletakkan
kedua tangan di atas dada.
Dari Wail bin Hujr ra berkata, “Aku
telah memperhatikan benar kepada shalat Rasulullah saw, bagaimana cara
ia shalat, maka aku melihat kepadanya, diletakakannya tangannya yang
kanan di atas belakang tangannya yang kiri, memegang pergelangan tangan
dan hasta tangan kiri itu,” (HR. Abu Daud) Wail bin Hujr pula ia
berkata, “Pernah aku shalat bersama-sama dengan Rasulullah saw, lalu
diletakkannya tangan kanannya di atas tangan kirinya di atas dada.” (HR.
Abu Bakar dan Khuzaimah)
6. Disunnahkan
membaca do’a istiftah (pembuka)
Yaitu “Wajjahtu wajhiya lilladzii
fathoros samaawaati wal ardho haniifam muslimaw wa maa ana minal
musyrikiin. Inna sholaati wa nusukii wa mahyaaya wa mamatii lillaahi
robbil ‘aalamiin, laa syariika lahuu wa bidzaalika umirtu wa ana minal
muslimiin. (HR. Muslim dari Ali bin Abi Thalib ra).
Dari Ibnu
Umar ra berkata, bahwa ada seorang sahabat yang menambahi do’a Rasul
diatas dengan kalimat, “Alloohu akbar kabiiroo wal hamdulillaahi
katsiiroo wasubhaanalloohi bukrotaw wa ashiilaa.”Maka Rasul
bersanda, “Siapakah yang membaca kalimat begini dan begitu?” Seorang
laki-laki menjawab, “Saya ya Rasulullah!” Rasulullah bersabda, “Aku
kagum dengan kalimat itu dimana pintu langit terbuka karena kalimat
itu.” (HR. Muslim)
Atau dengan do’a, “Alloohumma
baa’id bainii wa baina khothooyaaya kamaa baa’adta baimal masyriq wal
maghrib, Alloohumma naqqinii min khothooyaaya kamaa yunaqqots tsaubul
abyadhu minad danas. Alloohumma ighsilnii min khothooyaaya bil maa-i
wats tsalji wal barodi.” (HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra),
Jika menghendaki (boleh juga ) membaca do’a sebagai ganti dari do’a itu
dengan, “Subhaanaka Alloohumma wa bihamdika wa tabaaroka ismuka wa
ta’aalaa jadduka wa laa ilaaha ghoiruka.” Kemudian membaca
ta’awudz. Dari Jubair bin Muth’am ra berkata, adalah Nabi saw membaca
ta’awudz sebelum membaca fatihah. (HR. Ahmad dan Abu Daud) juga
basmalah.
Dari Abu Hurairah ra berkata, Nabi saw bersabda, “Apabila
kamu hendak membaca Alhamdulillah (Alfatihah), maka bacalah
Bismillahirrahmanirrahim, karena sesungguhnya Alhamdulillah (Alfatihah)
itu Ummul Kitab dan Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan
Bismillahirrahmanirrahim itu salah satu dari ayatnya.” (HR.
Daruquthni dari Abu Hurairah ra) dan membaca fatihah bagi yang mampu,
karena Nabi saw bersabda, “Tidaklah sah shalat yang tidak membaca
fatihah didalamnya.” (HR. Bukhari Muslim dari Ubadah bin Shamith
ra).
Bagi yang belum bisa membaca fatihah boleh membaca yang lainnya.
Nabi saw bersabda, “Apabila kamu diperintah mengerjakan sesuatu,
maka lakukanlah darinya sesuai kemampuanmu.” (HR. Bukhari Muslim
dari Abu Hurairah ra), dan mengucapkan sesudahnya “Amiin”. Nabi
bersabda, “Jika imam selesai membaca “Ghoiril maghzhuubi ‘alaihim wa
ladh-dhoolliin” maka ucapkanlah “Amiin” karena barangsiapa ucapannya
tepat dengan ucapan malaikat, maka dosa-dosa masa lalunya diampuni.” (HR.
Bukhari)
Dari Abu Hurairah ra. Nabi saw bersabda, “Bila imam
membaca “Amiin” maka imiin pulalah olehmu, karena malaikat mengaminkan
beserta aminnya imam. Maka barangsiapa yang sama aminnya dengan amin
malaikat, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari
Muslim)
Dalam riwayat lain Nabi saw seusai membaca “Ghoiril maghdhuubi
‘alaihim waladh-dhoolliin” Maka beliau berkata, “Amiin” dengan
memanjangkan suaranya (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud dari Wail bin Hujr
), kemudian membaca surat yang mudah.dalam dua rakaat pertama, jika
shalat lebih dua rakaat maka rakaat berikutnya cukup membaca Fatihah
saja. Bahwasanya Nabi saw membaca Ummul Kitab (Alfatihah) dan dua surat
pada shalat zhuhur, dan pada rekaat berikutnya (dua rakaat terakhir)
dengan Ummul Kitab saja. Kadang-kadang beliau memperdengarkan Al-Qur’an
kepada shahabat (dalam shalatnya -yang jahriyah-) (HR. Muttafaq ‘Alaih).
7. Ruku’ dengan membaca takbir “Alloohu Akbar”
Dengan mengangkat
kedua tangan sejajar dengan kedua bahunya atau kedua telinganya,
kepalanya diluruskan dengan punggungnya, kedua tangannya diletakkan di
kedua lututnya dengan merenggangkan jari-jari (tangannya), serta
thuma’ninah dan mengucapkan, “Subhaana rabbiyal azhiimi” dan yang utama
diulang tiga kali (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud ra) atau
lebih banyak, dan disunatkan jika menambahi bacaan dengan “Subhaanaka
Alloohumma wa bihamdika Alloohummaghfirlii.” (HR. Bukhari Muslim dari
Aisyah ra) Dari Aisyah ra berkata, “Dan biasanya bila beliau ruku’,
maka beliau tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya,
akan tetapi antara itu.” (HR. Muslim)
8. Mengangkat
kepala dari ruku’ (I’tidal)
Dengan mengangkat kedua tangan sejajar
dengan kedua bahu atau kedua telinga dengan mengucapkan, “Sami’alloohu
liman hamidah” baik ketika berjama’ah maupun sendirian dan ketika
sudah berdiri membaca, “Robbanaa walakalhamdu” (HR. Bukhari Muslim dari
Abu Hurairah ra) atau “Robbana lakalhamdu mil’us samaawati wa mil’ul
ardhi wa mil’u maa syi’ta min syai-im ba’du.” (HR. Muslim dari Abdullah
bin Abi ‘Aufa) atau “Robbanaa wa lakalhamdu hamdan katsiiroon
thoiyiban mubaarokan fiihi,” (HR. Muslim)
Disunatkan dalam i’tidal
meletakkan kedua tangannya diatas dadanya seperti yang dilakukan sebelum
ruku’ (sesudah takbiratul ihram) dan boleh juga tidak. Dari Wail bin
Hujr dan Sahal bin Sa’ad ra, bahwasanya Nabi saw setelah mengucapkan, “Sami’alloohu
liman hamidah” dan mengangkat kedua tangannya dan berdiri tegak
hingga kembali semua tulang pada tempatnya seperti semula.”
9. Sujud dengan membaca takbir “Alloohu Akbar”
Mendahulukan
(meletakkan) kedua lututnya sebelum kedua tangannya, “Adalah Nabi
jika ia sujud, meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya.” (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi dari Wail bin Hujr) jika hal itu mudah
dilakukan, apabila sulit maka boleh sebaliknya dengan menghadapkan
jari-jari kaki dan jari-ari tangannya (dirapatkan) ke arah kiblat, ”
Adalah Rasulullah saw jika ia sujud, lalu diletakkannya kedua telapak
tangan dan kakinya dan anak-anak jarinya ke kiblat.” (HR. Baihaqi
dari Al-Bara’ in ‘Azib).
Dari Wail bin Hujr ra berkata, “Adalah Nabi saw
apabila ruku’ merenggangkan jari-jari tangannya, dan apabila sujud
merapatkan jari-jari tangannya.” (HR. Al-Hakim) Dan adalah sujud itu
dengan tujuh anggauta, yaitu jidat beserta hidung, dua (telapak) tangan,
dua lutut, dan dua ujung jari-jari kaki menghadap ke kiblat. Dari Ibnu
Abbas ra berkata, “Aku diperintahkan sujud atas tujuh tulang,
atas dahi dan beliau menunjuk dengan tangannya atas hidungnya, dua
tangannya, dua lututnya, dan ujung-ujung jari kedua kakinya.“ (HR.
Muttafaq ‘Alaih) dengan mengucapkan, “Subhaana robbiyal a’laa wa
bihamdih” diulang tiga kali atau lebih, dan disunatkan menambahkan
ucapan, “Subhaanaka Alloohumma robbanaa wa bihamdika
Alloohummaghfirlii.” Dari Aisyah ra berkata, adalah Nabi saw
memperbanyak bacaan tersebut (HR. Bukhari Muslim)
Dari Ibnu Mas’ud ra
berkata, Nabi saw bersabda, “Dan bila sujud, maka membaca “Subhaana
robbiyal a’la wa bihamdih” tiga kali, maka sesungguhnya telah sempurna
sujudnya, dan itulah sekurang-kurangnya.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi) Dan di dalam sujud memperbanyak do’a, baik dalam shalat wajib
atau shalat sunat. Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah saw bersabda,
“Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Qur’an sewaktu ruku atau
sujud. Adapun ketika ruku’ maka agungkanlah Tuhan, dan ketika sujud maka
bersungguh-sungguhlah berdo’a, karena besar harapan do’amu dikabulkan. (HR.
Muslim)
Dalam sujud harus merenggangkan anggota badan dari lambungnya,
dan perutnya dari kedua pahanya. Dari Anas ra berkata dari Nabi saw
bersabda, “Luruskanah badanmu ketika sujud dan janganlah salah satu
diantaramu menghamparkan kedua lengan tangannya sebagaimana anjing
menghamparkan tangannya.” (HR. Bukhari Muslim). Dari Barra’ bin
‘Azib ra, Rasul bersabda, “Apabila engkau sujud maka letakkan kedua
telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikutmu.” (HR. Muslim)
10. Mengangkat kepala (bangun) dari sujud dan membaca takbir,
“Alloohu Akbar”
Mengangkat kepala (bangun) dari sujud dan membaca takbir,
“Alloohu Akbar” dengan duduk iftirasy yaitu menghamparkan kakinya yang
kiri (diduduki) dan menegakkan kakinya yang kanan menghadapkan ujung
jari kaki ke kiblat (HR. Muslim dan Baihaqi dari Aisyah ra,.), dan kedua
tangan diletakkan diatas kedua lutut dan membaca, “Robbighfirlii
(Alloohummaghfirlii) warhamnii (wajburnii) wa ‘aafinii wahdinii
warzuqnii.” (HR. Abu Daud da Tirmidzi dari Ibnu Abbas ra)
11. Sujud yang kedua dengan membaca takbir “Alloohu Akbar”, dan
melakukan sujudnya seperti sujud yang pertama.
12. Bangun (mengangkat kepala) dari sujud membaca takbir “Alloohu
Akbar”
Bangun (mengangkat kepala) dari sujud membaca takbir “Alloohu
Akbar” dan duduk sebentar yaitu duduk istirahah (istirahat),
dan ini sunat, jika ditinggalkan tidak mengapa, tidak ada bacaan atau
do’a. Kemudian berdiri untuk rekaat kedua dengan bantuan kedua lutut
jika itu mudah dilakukannya, jika sulit, maka boleh dengan bantuan
tangan ke tanah (lantai) kemudian membaca fatihah dan membaca apa
(surat) yang mudah (bisa) dari Al-Qur’an, kemudian melakukan apa yang
telah dilakukan seperti pada rokaat pertama.
13. Jika shalat itu shalat yang dua rakaat seperti shalat Shubuh,
Jum’at, atau shalat ‘Id
Duduk (terakhir)nya (bukan duduk iftirasy
seperti ketika duduk diantara dua sujud atau duduk pada dua rakaat
pertama (tahiyat awal) yaitu kaki kiri diduduki dan kaki kanan berdiri
dan ujung jari kaki menghadap kiblat), diletakkannya tangan kanan
diatas paha yang kanan semua jari-jari di genggam kecuali jari telunjuk
untuk berisyarat tauhid, dan jika jari kelingking dan jari manis
digenggam, ibu jari (jempol) dan jari tengah di akadkan (dilingkarkan)
dan memberi isyarat (tauhid) dengan telunjuk itu lebih baik.
Dari Ibnu
Umar ra berkata, “Sesunguhnya Rasulullah saw apabila duduk untuk
tasyahud, diletakkannya tangannya yang kanan diatas lututnya yang kanan,
dan diakadkan bilangan lima puluh tiga (huruf arab), dan diisyaratkan
dengan telunjuk.” (HR. Muslim) Mengisyaratkan dengan telunjuk ketika
mengucapkan “Laa Ilaaha -Illallooh-” (HR. Al-Baihaqi)
Dari Ibnu Zubair
ra, “Sesungguhnya Nabi saw adalah ber-isyarat dengan telunjuk dan tidak
menggerak-gerakkannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Hibban)
Dari Wail bin Hujr berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw mengangkat anak
jarinya (telunjuk ketika tasyahud), maka aku melihat ia
menggerak-gerakkanya, yang memanggil-manggil dengan jari itu.” (HR. Ibnu
Khuzaimah dan Al-Baihaqi)
Dari Wail bin Hujr ra berkata,
“Sesungguhnya Nabi saw meletakkan sikunya yang kanan diatas pahanya
yang kanan, kemudian diakadkannya jari-jarinya, yaitu kelingking dan
yang mengirinya (jari manis dan jari tengah), dan dibuatnya lingkaran
dengan jarinya dengan ibu jari (jempol)nya, lalu diangkat telunjuknya
dan kulihat ia mengisyaratkan dengan telunjuk itu.” (HR. Al-Baihaqi),
dan meletakkan tangan kiri dan sikutnya diatas paha yang kiri kemudian
membaca tasyahud, yaitu “Attaahiyaatul mubaarokaatush sholawaatuth
thoiyibaatu lillaah……ilaa akhirihi (sampai akhirnya) (HR. Muslim)
Dari Ibnu Mas’ud ra berkata, Rasulullah saw menoleh kepada kami lalu
bersabda,”Apabila seorang dari kalian shalat, hendaklah mengucapkan:
“Attahiyaatu lillaah, wash-sholawaatu wath-thoiyibaat, assalaamu’alaika
aiyuhannabiyyu wa rohmatulloohi wa barookaatuh, assalaamu ‘alainaa wa
‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin, asyhadu allaa ilaaha illallooh, wa
asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rosuuluh.“ Kemudian hendaklah memilih
do’a itu sesuai yang dia sukai lalu berdo’a dengan do’a itu. (HR.
Muttafaq ‘Alaih)
Kemudian membaca, ”Alloohumma sholli ‘alaa Muhammad
wa ‘alaa aali Muhammad……ilaa akhirihi (sampai khirnya) fil
‘aalamiina innaka hamiidummajiid.” Dari Fadholah bin ‘Ubaid ra berkata,
Rasulullah saw pernah mendengar seorang yang berdo’a di dalam
shalatnya dan tidak membaca shalawat atas Nabi, lalu beliau bersabda, “Jika
diantara kamu shalat, maka hendaklah memulai dengan memuji Tuhannya dan
menyanjungnya kemudian membaca shalawat atas Nabi saw kemudian berdo’a
dengan do’a yang dia sukai.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan
Al-Hakim)
Dari Abu Mas’ud ra berkata; Basyir bin Sa’ad bertanya kepada
Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, Allah memerintahkan kami untuk
bershalawat kepada engkau, bagaiman cara kami mengucapkan shalawat
atasmu? Beliau diam sebentar dan berkata, “Ucapkanlah; Alloohummaa
sholli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shollaita ‘alaa
Ibroohim……ilaa akhirihi (sampai khirnya) fil ‘aalamiina innaka
hamiidummajiid. Dan membaca salam sebagaimana telah kamu ketahui” (HR.
Muslim)
Kemudian berdo’a minta perlindungan dari empat hal yaitu,
“Alloohumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannama wa min ‘adzabil
qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wamin fitnatil masiikhid
dajjaal.” Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Ketika
diantara kamu sedang tasyahhud (Tahiyat), maka mintalah perlindungan
kepada Allah dari empat hal, Nabi berkata, “Alloohummaa innii
a’uudzubika……(sampai akhir do’a).” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Kemudian
berdo’a lagi dengan do’a-do’a yang dikehenddaki dari kebaikan dunia dan
akhirat, dan apabila berdo’a untuk kedua orang tua atau selain keduanya
dari orang-orang muslim maka tidaklah mengapa. Adalah hal itu dilakukan
dalam shalat fardhu maupun sunat sama saja. Kemudian setelah itu barulah
salam dari sebelah kanannya dan ke kirinya dengan mengucapkan “Assalaamu
‘alaikum wa rohmatullooh” Dari Ibnu Mas’ud ra berkata,
“Sesungguhnya Rasulullah saw adalah ketika salam dari arah kanannya dan
baru arah kirinya sehingga terlihat putih pipinya seraya mengucap, “Assalaamu
‘alaikum wa rohmatullooh.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih)
Dari Wail bin Hujr ra berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi saw,
maka ketika dia salam ke arah kanannya mengucapkan, “Assalaamu
‘alaikum wa rohmatulloohi wa barookaatuh” dan ke arah kirinya juga
mengucapkan “Assalaamu ‘alaikum wa rohmatulloohi wa barookaatuh”
(HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih)
14. Jika
shalat itu tiga rakaat seperti shalat Maghrib atau empat rakaat seperti
Zhuhur, ‘Ashar dan ‘Isya’
Membaca tasyahud tersebut beserta shalawat
atas Nabi saw kemudian bangkit berdiri bertatakan kedua lututnya dengan
mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahu atau sekitar kedua
telinganya dengan mengucapkan “Alloohu Akbar” dan meletakkan keduanya
yaitu kedua tangannya di atas dadanya seperti dijelaskan sebelumnya dan
membaca fatihah saja. Jika pada rakaat ketiga dan keempat dalam shalat
zhuhur (misalnya) menambahkan dari al-Fatihah tidaklah mengapa.
Ketetapan ini sebagaimana petunjuk dari Nabi saw dari riwayat Abi Sa’id
ra. Kemudian setelah membaca tasyahud (akhir) sesudah rakaat ketiga dari
maghrib dan sesudah rakaat keempat dari shalat Zhuhur, Ashar dan ‘Isya’
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya didalam shalat yang dua rakaat,
kemudian salam dari arah kanan dan arah kiri, dan beristighfar tiga
kali dan mengucapkan, “Alloohumma antas salaam wa minkas salaam
tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroom” (HR. Muslim dari Tsauban
ra) “Laa Ilaaha illalloohu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa
lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir” (HR. Muslim dari
Abu Hurairah ra) “Alloohumma laa maani’a limaa a’thoita wa laa
mu’thiya limaa mana’tawa laa yanfa’u dzal jaddi minkaljad” (HR.
Muttafaq ‘Alaih dari Mughirah bin Syu’bah ra) “Laa haulaa wa laa
quwwata illaa billaah, laa ilaaha illalloohu wa laa na’budu illaa iyyah,
lahun ni’matu wa lahul fadhlu wa lahuts tsinaa’ul husni, laa ilaaha
illalloohu mukhlishiina lahud diini wa lau karihal kaafiruun.”
Dan
bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid dan bertakbir demikian pula,
dan mengucapkan untuk menyempurnakan seratus, “Laa ilaaha illalloohu
wahdahu laa syariikalahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli
syai-in qoodiir.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra) Dan membaca
ayat kursi, al-Ikhlash dan surat mu’awidzatain sesudah selesai tiap-tiap
shalat (HR. Nasa’i, Ibnu Hibban dan Ath-Thabrani dari Abi Amamah ra),
dan disunnatkan mengulangi masing-masing surat tersebut tiga kali
sesudah shalat fajar (Subuh) dan Maghrib. Telah diriwayatkan beberapa
hadits tentangnya dari Nabi saw, dan tiap-tiap dzikir itu hukumnya sunat
bukanlah fardhu. Dan Allah lah yang telah memberikan taufik kepadaku.
Dan
semoga Allah memberikan keselamatan dan keberkahan kepada Nabi kita
Muhammad saw bin ‘Abdullah dan atas keluarganya, sahabat-sahabatnya dan
pengikut-pengikutnya yang baik sampai hari pembalasan. Dan segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam. Wallahu A’lam
Sumber
Rujukan :
- Al-Qur’an Al-Karim
- Shahih Bukhari
- Shahih Muslim
- Sunan Abu Daud
- Fikih Syafi’i oleh Idris Ahmad
- Fikih Kifayatul Akhyar oleh Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini
- Fikih Minhajul Muslim oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
- Fikih Madzahib Al-Arba’ah oleh Abdurrahman Al-Jazairiy
- Bulughul Maram oleh Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani
- Subuulus Salam oleh Imam Muhammad bin Isma’il Al-Kahlani (Ash-Shon’aniy)
- Kaifiyah Shalatun Nabi saw oleh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz
Sumber : Catatan Pesbuk Ustadz Ibnu Mas'ud
0 komentar:
Posting Komentar