English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ Belajar Dan Berbagi Ilmu Serta Nasehat Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
free counters

Senin, 02 Januari 2012

KISAH TENTANG TIPU DAYA IBLIS LAKNATULLOH

Pada zaman Bani Israil, ada seorang hamba Allah yang telah beribadah selama dua ratus dua puluh tahun. Selama itu, kegiatannya hanya memuja Allah semata. Tiada sekal pun dia pernah durhaka kepada Allah. Karena keshalihannya itulah, banyak yang berguru kepadanya. Tak kurang dari enam puluh ribu santri setiap hari yang berguru kepadanya.

Iblis yang mengetahui keshalihan lelaki itu menjadi penasaran Dia ingin sekali menguji ke­shalihannya. Kalau biasanya dia hanya menguji orang-orang biasa, maka hari itu dia berjanji akan menggoda lelaki shalih itu. Di dalam benak iblis telah tersimpan cara-cara untuk menjerumuskan mangsanya.

Pada suatu hari, dia bertamu ke tempat pertapaan lelaki itu dengan wujud seorang tua. Melihat tamu yang belum pernah dikenalnya, lelaki shalih ituu pun menegurnya. "Apakah ada hajatmu datang ke pertapaanku ini?"

"Aku tiada lain hanyalah hamba Allah yang ingin menemani engkau dalam beribadah kepada Allah!" "Apakah ada hajatmu yang lain?

"Tidak!"

"Bagiku, ketika aku beribadah cukuplah Allah yang menemaniku. Tetapi baiklah, silakan masuk!" Iblis yang menjelma menjadi lelaki tua itu pun masuk. Setelah berbasa-basi sejenak, dia pun meminta izin untuk bermunajat kepada Allah. Lelaki shalih pemilik pertapaan itu pun mengizinkannya. Setelah mendapat izin, iblis pun segera masuk ke sanggar pemujaan. Dia berdoa dengan sangat khusyuk sekali. Sesekali dia menangis, sehingga membuat lelaki shalih itu begitu mengagumi tamunya tersebut.

Tiga hari tiga malam iblis yang menjelma menjadi manusia itu bermunajat. Selama itu pula, dia tidak makan dan tidak minum. Yang dia kerjakan hanyalah berdzikir dan berdoa. Melihat kehebatan ibadah tamunya, lelaki shalih itu pun sangat terpesona. Dalam hati dia ingin belajar kepada tamunya itu.

"Sudah tiga hari Tuan beribadah, apakah tidak sebaiknya Tuan itu beristirahat? Aku takut Tuan menjadi sakit karena tidak makan dan minum."

Karena ditegur si Tuan rumah, sang tamu itu pun menyudahi ibadahnya. Dia pun berpaling ke arah lelaki shalih itu.

"Tuan beribadah sangat khusyuk sekali? Apa yang membuat Tuan bisa berbuat demikian?"

"Aku itu hanyalah seorang manusia biasa yang tidak lepas dari dosa!" kata iblis mulai memasang jerat-jeratnya.

"Sungguh, selama aku hidup, aku belum pernah melihat seseorang yang lebih bertakwa selain eng­kau.’’

"Apa-apa yang engkau lihat itu hanyalah seba­gian kecil dari ibadahku," kata iblis lirih. Dalam hati dia tertawa, sebab si ahli ibadah itu telah masuk ke dalam perangkapnya.

Lelaki itu kian terpesona.

Dia sangat kagum dengan tamunya itu. Kalau yang luar biasa itu saja disebut sebagai sebagian kecil, itu berarti yang tidak terlihat lebih hebat lagi.

"Aku sungguh kagum dengan engkau. Kalau boleh, aku akan berguru kepadamu."

"Aku bukanlah orang yang pantas menjadi guru," kata si iblis merendah.

"Tidak! engkau sangat pantas aku jadikan guru," kata lelaki shalih itu. "Ketahuilah, aku telah ber­ibadah selama dua ratus dua puluh tahun, tapi belum pernah merasakan beribadah yang begitu nikmat sepertimu. Selama ini pula, aku masih makan, minum, dan tidur. Tolong tunjukkan cara beribadah yang sedemikian hebat kepadaku. Sungguh, aku ingin beribadah seperti itu!"

"Ketahuilah orang shalih, dulu aku juga tidak bisa melakukan ibadah yang hebat seperti itu, sampai aku melakukan sebuah dosa!"

"Maksudmu?"

"Saya pernah melakukan sebuah dosa yang sa­ngat besar sekali. Apabila aku teringat itu, maka aku sangat bersedih sekali. Untuk menebusnya, maka aku berjanji untuk beribadah terus-menerus. Itulah mengapa lapar, dahaga, dan mengantuk sekali pun tidak aku perhatikan. Aku hanya ingin menebus dosa-dosaku!"

"Tuan, kalau begitu tunjukkan kepadaku ba­gaimana caranya agar aku bisa mencontoh beribadah yang khusyuk seperti Tuan?"

"Keluarlah dari pertapaanmu dan lakukanlah sebuah dosa besar. Setelah itu lekaslah bertaubat, bukankah Allah Maha Menerima Taubat hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Ingat, kita akan merasakan manisnya madu apabila kita pernah makan empedu. Begitu juga, kalau kita ingin merasakan manisnya ibadah, kita pernah melakukan maksiat kepada Allah!

"Terus, kira-kira maksiat seperti apakah yang membuatku bisa merasakan manisnya ibadah?" "Lakukan perbuatan musyrik. Sesungguhnya, tidak ada dosa yang lebih besar daripada menye­kutukan Allah?" kata iblis.

"Aku tidak mungkin meiakukan itu, karena musyrik adalah dosa yang tidak terampuni!" tegas ahli ibadah itu.

"Kalau begitu lakukan zina."

"Tidak, aku telah beristri. Selain itu, aku malu apabila itu ketahuan oleh para pengikutku. Apa kata mereka nantinya jika mengetahui hal itu."

"Kalau begitu, bunuhlah seorang muslim!" kata iblis.

"Tidak. Karena sesungguhnya membunuh se­orang muslim balasannya juga dibunuh. Aku tak mau melakukan itu!"

"Minumlah khamar!"

Tampak lelaki ahli ibadah itu berpikir sejenak, setelah mendengar perkataan tamunya. Mungkin itulah dosa yang paling kecil. Batin si ahli ibadah.

"Baiklah. Lalu, di manakah aku bisa membeli barang itu? Karena di kota ini tidak ada yang menjual khamar," ujar ahli ibadah. Di kotanya memang tidak ada yang menjual khamar karena semua pen­duduknya adalah orang-orang yang beriman.
"Pergilah ke kota seberang!" kata iblis menun­jukkan tempat yang menjual khamar.

Sang ahli ibadah itu pun menuruti perkataan iblis yang menjelma menjadi tamunya itu. Dia berangkat menuju kota yang dimaksud. Di sana, dia membeli sebotol minuman keras dari seorang penjual yang sangat cantik sekali. Setelah khamar didapat, dia pun segera meneguknya. Sebagai seorang peminum pemula, khamar itu segera mempengaruhi jiwanya. Tak lama berselang, dia pun mabuk. Ketika dia melihat wajah si penjual yang sangat cantik, lelaki ahli ibadah itu pun menjadi tertarik. Nafsunya menggelegak. Karena tidak bisa menguasai diri, akhirnya dia pun menzinai wanita tersebut.

Tiba-tiba, suami si wanita itu pulang. Ketika mendapati istrinya menangis, kalaplah lelaki itu. Si ahli ibadah tampak ketakutan kalau-kalau per­buatannya dilaporkan ke pihak berwenang, maka suami si wanita itu langsung dihantamnya dengan sebatang kayu hingga mati.

Melihat hal yang demikian, iblis pun segera meng­ubah tubuhnya menjadi manusia lagi dan melaporkan perbuatan si ahli ibadah kepada hakim di kota itu. Lelaki ahli ibadah itu pun segera ditangkap. Sang hakim memberi hukuman cambuk delapan puluh kali kepada ahli ibadah itu karena telah mabuk, lalu menambahnya seratus kali cambukan karena telah berzina. Yang terakhir, karena dia telah membunuh orang, maka dia pun di salib. Ketika mendapati si ahli ibadah itu nelangsa, iblis datang menanyakan kabarnya dengan wujud yang lain lagi. Saat itu, dia menjelma menjadi seorang pejabat setempat.

"Begitulah keadaanku akibat berteman dengan orang jahat," ujar ahli ibadah itu.

"Wahai ahli ibadah, maukah engkau aku tunjukkan sebuah amalan yang bisa menebus kesalahanmu. Aku yakin, kalau engkau melaksanakannya engkau akan bebas."

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Ketahuilah, bahwa aku adalah salah seorang pejabat di negeri ini. Aku berjanji akan membantu membebaskanmu, tapi ada syaratnya!" kata iblis yang telah mengubah wujudnya menjadi seorang pe­jabat negeri itu.

"Apa pun syaratnya akan aku lakukan asal aku bisa bebas."

"Engkau aku jamin bisa bebas asal mau bersujud ke­padaku!"

"Bagaimana mungkin aku mau sujud kepada manusia! Tetapi baiklah, demi kebebasanku aku mau sujud kepadamu!" kata ahli ibadah. Tetapi, seketika dia sadar bahwa saat itu dia dalam keadaan disalib. Dia pun bertanya lagi pada iblis yang menjelma menjadi pejabat itu.

"Engkau tidak perlu bersujud layaknya orang yang sembahyang. Tetapi, cukuplah engkau mem­bungkukkan badanmu sebagai ganti sujud!"

Si ahli ibadah itu pun menuruti bujukan iblis. Dia membungkukkan badannya. Bersamaan dengan itu, sang algojo mendapat perintah untuk memenggal kepala si ahli ibadah itu, kemudian sang algojo pun segera melaksanakan perintah tersebut. Akhirnya, si ahli ibadah itu meninggal dunia dengan tanpa membawa iman barang secuil pun. Dia mati dalam keadaan ingkar.

Begitulah akhir hidup si ahli ibadah. Dia mati dengan membawa kekafiran, sebab bermain-main dengan dosa yang dianggap ringan, yaitu minum minuman keras.

Untuk itulah Rasulullah pernah menasehati kita untuk tidak minum khamar. Sebab, khamar adalah pintu gerbang menuju kemaksiatan yang lebih besar lagi: berzina, membunuh, dan berbuat musyrik. Kita berlindung kepada Allah terhadap tipu daya iblis yang terkutuk.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...