Alkisah dijaman dahulu ada orang yang bernama "Bahlul". Sebenarnya nama aslinya bukan Bahlul namun oleh sebagian orang yang membencinya memberikan nama untuknya dengan Bahlul. Singkat cerita para
ulama dan para cendekiawan datang untuk mengetahui bahwa Si
Bahlul menodai kehormatan mereka di desa-desa terdekat dengan
mengatakan: "Orang-orang yang disebut bijak adalah bodoh dan bingung,"
mereka menuduhnya merusak keamanan negeri. Bahlul ditangkap dan kasusnya
diajukan ke Pengadilan Raja.
Raja: "Anda boleh bicara lebih dulu."
Bahlul: "Berilah saya pena dan kertas."
Maka pena dan kertas pun diberikan.
Bahlul: "Bagikan pena dan kertas itu kepada tujuh ulama." Pena dan kertas pun dibagikan.
Bahlul: "Biarlah mereka secara terpisah menulis jawaban atas pertanyaan berikut: "Apakah roti itu?"
Ketujuh
ulama itu telah menulis jawaban masing-masing atas pertanyaan Bahlul
tadi. Kemudian kertas jawabannya diserahkan kepada raja yang membacanya
dengan keras satu per satu:
Yang pertama mengatakan: "Roti adalah makanan."
Yang kedua mengatakan: "Roti adalah tepung dan air."
Yang ketiga: "Itu adalah adonan yang dibakar."
Yang keempat: "Sebuah pemberian Alloh."
Yang kelima: "Berubah-ubah, menurut bagaimana Anda mengartikan roti."
Yang keenam: "Roti adalah dzat yang mengandung nutrisi."
Yang ketujuh mengatakan: "Tidak seorang pun tahu dengan jelas."
Setelah mendengar semua jawaban itu,
Bahlul berkata kepada raja, "Bagaimana Anda bisa meyakini penilaian dan pertimbangan bagi orang-orang tersebut ?
Jika
mereka tidak bisa menyepakati sesuatu yang dikonsumsinya sehari-hari,
bagaimana mereka bisa dengan suara bulat menyebut saya seorang ahli
bid'ah???"
0 komentar:
Posting Komentar