English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ Belajar Dan Berbagi Ilmu Serta Nasehat Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
free counters

Jumat, 28 September 2012

10 CARA BERBAKTI ANAK KEPADA IBU BAPAK SAAT BELIAU SUDAH UZUR

Setiap anak wajib berbakti dan mentaati ibu bapak dengan tujuan membahagiakan kehidupan beliau melalui hari tua. Islam meletakkan kedudukan ibu bapak pada kedudukan yang sangat mulia. Banyak cara untuk berbakti kepada ibu bapak. Bisa saja melalui bentuk material dan kasih sayang karena ini sesuai dengan bentuk fisik ibu bapak yang tambah tahun semakin tua otomatis memerlukan perhatian yg lebih.

Sebenarnya cara untuk menunjukkan bakti anak kepada ibu bapaknya sangat banyak namun setidaknya saya menulisnya 10 hal yang perlu dilakukan setiap anak kepada bapak ibunya :

1. Memberi nafkah.
Ketika faktor usia ibu bapak yang sudah teramat tua renta beliau tidak dapat lagi melakukan tugas sehari-hari. Kalau pun kerja tapi tidak cukup untuk untuk menampung kebutuhan keluarga yang semakin meningkat. Justru disinilah menjadi tanggung jawab anak memberi nafkah atau bantuan secara material kepada ibu bapak. Memang uang yang kita berikan sangat tidak sebanding dengan yang dibelanjakan ibu bapak untuk membesarkan, mendidik dan merawat kita dari kecil sampai dewasa tapi setidaknya bantuan uang yang kita berika kepada beliau bisa untuk meringankan kebutuhan hidup ibu bapak kita.

2. Menyediakan tempat tinggal.
Sudah sepatutnya dan menjadi tanggung jawab kita sebagai anak menyediakan tempat tinggal untuk ibu bapak manakala beliau sudah uzur. Yang lebih baik lagi adalah jika ibu bapak dibawa tinggal bersama kita agar kita juga bisa menjamin keselamatan dan keperluan harian beliau diuruskan dengan cara yang lebih baik.

3. Memberikan kasih sayang.
Kita wajib memberikan cinta dan kasih sayang kita kepada ibu bapak sebagai balasan atas perjuangan mereka mencurahkan kasih sayang kepada kita sejak kita masih dalam kandungan ibu sampai kita dewasa. Kasih sayang ibu dan bapak tidak pernah padam terhadap anaknya. Jadi sudah seharusnya kasih sayang itu dibalas dengan sebaik-baiknya.

Anak yang baik tidak akan melupakan jasa cinta dan kasih sayang kedua ibu bapaknya. Anak yang sholeh/ah senantiasa memohonkan kepada Alloh agar ibu bapak mereka diberikan ampunan dan rahmat dari Alloh.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran Surat Al - Isra ayat 24 yang berbunyi "Wahai Tuhanku curahkanlah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka mencurahkan kasih sayang, memelihara dan mendidikku ketika kecil".

4. Memberi perhatian.
Ibu bapak yang diabaikan akan merasa kesunyian dan kesepian. Mereka tersisih seperti tidak dipedulikan. Hal ini memberi tekanan perasaan dan menyebabkan kemurungan. Keadaan seperti ini jika diteruskan akan memberi pengaruh kepada kesehatan dan mental ibu bapak.

Banyak ibu bapak yang disisihkan dan dititipkan di pantai-pantai jompo. Sangat sukar diterima akal jika mereka beranggapan bahwa mereka tidak bisa menjaga dan merawat ibu bapak mereka dengan baik sehingga mereka merasa pantai jompo adalah tempat yang sangat cocok untuk kedua orang tua mereka. 

5. Memenuhi permintaan.
Ibu bapak seringkali memerlukan bantuan anak untuk melaksanakan keperluan mereka. Permintaan itu mungkin saja bisa dalam bentuk uang, tenaga dan waktu. Memenuhi permintaan ibu bapak haruslah lebih diuatamakan daripada melakukan tugas lainnya karena sesungguhnya memenuhi permintaan kedua orang tuanya adalah lebih baik dibanding melakukan sholat sunat, puasa sunat dan yang lainnya.

Keutamaan berbakti kepada ibu bapak lebih utama dari jihad di medan perang sebagaimana dalam hadits yang diriwiyatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim "Ibnu Umar berkata: "saya telah bertanya kepada Nabi Muhammad apakah perbuatan yang disukai Alloh?" lalu baginda bersabda "Sholat pada waktunya". Kemudian apa? saya tanya lagi. Jawab baginda "Berbakti kepada kedua orang tua". Kemudian saya bertanya "apalagi". Jawab baginda "jihad dijalan Alloh".

6. Melakukan apa yang disukai.
Ibu bapak sudah tentu mengharapkan anaknya melakukan sesuatu yang baik dalam pandangan mereka. Melakukan perbuatan yang tidak disukai oleh ibu bapak bisa berarti kita mendurhakai mereka sedangkan anak yang durhaka kepada ibu bapaknya tidak akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya. Siapa yang durhaka kepada ibu bapaknya maka akan disegerakan balasan didunia dan tidak akan lepas dari balasan akhirat,na'udzubillah....

Rosululloh bersabda "Dua kejahatan yang disegerakan balasan didunia adalah zina dan durhaka kepada ibu bapak" (HR. Tirmidzi).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Al Hakim "Semua dosa akan ditangguhkan Alloh yakni balasannya menurut kehendak-Nya hingga hari kiamat kecuali balasan mendurhakai kepada ibu bapak. Maka sesungguhnya Alloh menyegerakan balasan kepada pelakunya pada masa hidupnya sebelum mati".

7. Berbicara dengan lemah lembut.
Salah satu cara menjaga perasaan ibu bapak adalah dengan cara berbicara kepada beliau dengan perkataan yang lembut dan enak didengar jangan dengan nada yang tinggi apalagi membentak mereka dan mengatakan sesuatu yang membuat mereka marah dan sakit hati.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Quran :"Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Alloh dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika salah seorang telah lanjut usianya atau kedua-duanya telah tua janganlah sekali-kali engkau berani berkata cis terhadap mereka dan janganlah engkau suka menggertak mereka. Tetapi berkatalah dengan sopan dan lemah lembut". (QS. Al-Isra : 23)

8. Berbagi kesuksesan dan keberhasilan.
 Ibu bapak senantiasa mengharapkan anaknya sukses dan berhasil dan anak hendaknya bersungguh-sungguh dalam meraih kesuksesan dan keberhasilan. agar bisa berbagi kebahagiaan bersama ibu bapak.

Jadi saat kita bisa meraih suatu keberhasilan dan kesuksesan entah itu mendapatkan pekerjaan, naik pangkat dan kesuksesan lainnya seharusnya ibu bapak juga dikasih tahu dan diajak bersama-sama untuk merayakan kesusksesan tersebut.

9. Meluangkan waktu bersama-sama.
Anak yang tinggal berjauhan dengan ibu bapak perlu meluangkan waktunya untuk mengunjungi ibu bapaknya. Dan ibu bapak pasti akan sangat senang jika masih diberikan kesempatan untuk bertemu dan melihat wajah anak-anaknya. Sesibuk apapun aktivitas kita sebisa mungkin harus bisa meluangkan waktu untuk menjenguk dan silaturahmi dengan kedua orang tua.


10. Mendoakan kebaikan ibu bapak.
Anak haruslah senantiasa mendoakan kebaikan untuk ibu dan bapaknya. Amalan mendoakan ibu bapak haruslah diteruskan walaupun beliau telah meninggal dunia karena doa anak yang sholeh/ah akan terus mengalir meskipun beliau telah tiada.

Rosululloh bersabda "Apabila meninggal seseorang itu maka terputuslah segala amalannya kecuali 3 perkara yaitu sedekah jariyah yang memberikan manfaat, ilmu yang memberikan kebaikan kepada orang lain dananak yang sholeh yang senantiasa mendoakan kebaikan kepada kedua ibu bapaknya" (HR. Muslim)

Kebaiakan yangn dilakukan anak kepada ibu bapak sebenarnya teramat kecil. Anak tidak akan mampu membalas jasa ibu bapak sepenuhnya biarpun mereka berbakti sepanjang hidupnya. Mari gunakan kesempatan yang ada untuk senantiasa berbuat baik kepada ibu bapak karena waktu kita untuk berbuat baik kepada beliau semakin pendek dan singkat terpotong usia yang semakin mendekati ajal.

Mungkin kita selalu melihat beliau tertawa tapi bisa saja sebenarnya beliau tidak setabah seperti kita kira. Dibalik senyumannya mungkin banyak cerita sedih yang ingin ditumpahkan kepada kita. Dibalik kesenangannya mungkin tersimpan sejuta kalut. Kita tidak tahu secara pastinya tapi jika kita berusaha lebih dekat lagi tentulah kita tahu keluh kesah mereka. Jangan bebani pikiran dan hati mereka dengan sikap kita yang cuek kepada mereka. Segeralah berikan seluruh kemampuan dan kekuatan untuk senantiasa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtua.

MAKAM PANGERAN JAYAKARTA


Pangeran Jayakarta atau nama lainnya Pangeran Akhmad Jakerta adalah putra dari Pangeran Sungerasa Jayawikarta yang berasal dari Kesultanan Banten. Sumber sejarah lain menyebutkan bahwa ia adalah putra dari Ratu Bagus Angke.

Pangeran Jayakarta mewarisi kekuasaan atas Jayakerta dari Ratu Bagus Angke, yang sebelumnya memperoleh kekuasaan itu dari Fatahillah, yang me
mutuskan pulang ke Banten (Banten Lama sekarang) setelah berhasil merebut pelabuhan itu dari Kerajaan Pajajaran pada pertengahan Februari 1527. Waktu itu, ia juga berhasil menghalau pasukan Portugis yang juga berambisi menguasai bandar samudra nan ramai itu.

Jayakerta atau Jayakarta adalah nama yang diberikan Fatahillah bagi pelabuhan yang sebelumnya bernama Sunda Kelapa. Nama baru disahkan pada 22 Juni 1527, tanggal yang hingga kini dianggap sebagai hari jadi Kota Jakarta.

Sejarah mencacat, di bawah kepemimpinan Pangeran Jayakarta kota bandar itu maju pesat, terutama di bidang perdagangan hasil bumi. Hal itu membuat Belanda, lewat perusahaan dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), ingin berusaha di sana. VOC sebelumnya sudah malang-melintang dan menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.

Pada November 1610, Belanda berhasil mendapat hak atas tanah seluas 94 meter persegi di sisi timur muara Kali Ciliwung. Sebagai imbalan, kepada Pangeran Jayakarta Belanda membayar sebesar 2.700 florin atau 1.200 real. Namun, di pelabuhan yang ketika itu juga disebut Jakerta, Belanda mempraktikkan sistem dagang monopoli yang licik, yang merugikan Pangeran Jayakarta. Perselisihan pun pecah dan merebak antara tahun 1610-1619.

Dalam konflik itu, Pangeran Jayakarta dibantu pasukan kiriman Sultan Banten yang juga merasa dicurangi serta pasukan Inggris, yang waktu itu juga sudah punya markas di sisi barat muara Ciliwung. Tak tahan dikeroyok, Gubernur Jenderal Belanda Jan Pieterszoon Coen kabur ke Ambon, meminta tambahan pasukan.
 
Saat Coen masih di Maluku dan pasukan kompeni (VOC) sudah terpojok, muncul konflik baru antara Banten dan Inggris, yang berakhir dengan terusirnya Inggris dari Jayakarta. Akan tetapi, pada saat sama, Coen tiba-tiba muncul lagi dengan membawa pasukan yang masih segar dari Ambon.

Mengusung semboyan “despereet niet” (jangan putus asa) Coen langsung memorakporandakan pasukan koalisi Banten-Jayakarta yang sudah loyo gara-gara pertempuran dengan Inggris. Bala tentara Banten melarikan diri ke arah barat dan selatan, sementara Pangeran Jayakarta dan para pengikutnya mundur ke arah tenggara. Setelah menguasai Jakerta pada 12 Maret 1619, Coen mengganti nama kota pelabuhan itu menjadi Batavia.

Pangeran Jayakarta belum menyerah. Ajakan Belanda untuk berdamai selalu ia tolak. Pangeran Jayakarta bahkan terus melancarkan perlawanan. Dalam sebuah pertempuran yang terjadi di daerah Mangga Dua, ia kehilangan Syekh Badar Alwi Alidrus, panglima perangnya yang tertangkap dan dikuliti anak buah JP Coen.

Pasukan Belanda mengepung dari arah Senen, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Tanjung Priok. Karena terjepit Pangeran Jayakarta dan pasukannya bergerak mundur ke timur hingga daerah Sunter, lalu ke selatan. Sambil terus bergerak ke selatan, ketika itu Pangeran Jayakarta membuang jubahnya dan sorbannya, ke sebuah sumur tua. Pasukan Belanda mengira Pangeran Jayakarta jatuh dan tewas ke sumur. Mereka kemudian menembaki sumur dan menganggap Pangeran Jayakarta sudah mati. Pasukan Belanda kemudian menimbun sumur itu dengan tanah. Tempat ini selama bertahun-tahun diyakini sebagai makan Pangeran Jayakarta. Padahal, sebenarnya ia belum meninggal.

Pangeran Jayakarta memutuskan untuk mundur ke selatan bersama pasukannya hingga tiba di hutan jati sekitar tepian Kali Sunter. Sejak tahun 1619 daerah tersebut dikenal sebagai Jatinegara Kaum. Kata jati bermakna setia dan kata negara bermakna pemerintahan, makna jatinegara diartikan sebagai pemerintahan yang sejati. Dengan nama ini, Pangeran Jayakarta berusaha membuktikan bahwa pemerintahannya masih berjalan meskipun Jayakarta telah direbut oleh Belanda dan diubah menjadi Batavia. Dari sini juga Pangeran Jayakarta dan pengikutnya bergerilya sehingga membuat Batavia tidak pernah aman selama 80 tahun.

Pangeran Jayakarta juga membangun sebuah masjid di Kali Sunter tahun 1620 untuk menggalang kekuatannya kembali. Masjid tersebut dinamai Masjid As-Salafiyah (bermakna tertua). Masyarakat sekitar sempat menyebutnya sebagai Masjid Pangeran Jayakarta. Di masjid inilah para pengikut setia Pangeran Jayakarta baik itu ulama, tokoh masyarakat, maupun jawara sering berkumpul untuk menyusun strategi perjuangan melawan Belanda sekaligus melakukan dakwah Islam.

Pada tahun 1640 M Pangeran Jayakarta meninggal dunia dan dimakamkan dekat Masjid Assalafiah bersama Pangeran Lahut dan familinya Pangeran Sageri, istri Pangeran Sangiyang yaitu Ratu Rafiah serta Pangeran Suria.

Ia berwasiat kepada keturunannya agar tidak memberitahukan keberadaannya baik saat ia hidup maupun meninggal kecuali jika Belanda sudah tidak berada di negeri ini.

Wasiat ini dijaga dengan baik oleh keturunan Pangeran Jayakarta, mereka menjaga masjid dan makamnya, namun hanya mereka yang tahu bahwa Pangeran Jayakarta dimakamkan di tempat ini. Orang-orang mengira makam Pangeran Jayakarta ada di Mangga Dua, tempat dimana Belanda menyangka ia tewas dahulu. Demi menjaga wasiat Pangeran Jayakarta, keturunan Pangeran Jayakarta tidak menikah dengan orang lain di luar keluarga Pangeran Jayakarta.

Masjid Assalafiah dan makam Pangeran Jayakarta dipugar pertama pada tahun 1700 oleh Pangeran Sageri, pemugaran kedua tahun 1842 oleh Aria Tubagus Kosim. Pemugaran ketiga tahun 1969 oleh Gubernur DKI H. Ali Sadikin, dibangun dua lantai dengan membuat menara baru. Pemugaran keempat pada tahun 1992 oleh Gubernur DKI H. Suryadi Soedirdja, melalu Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta

Rabu, 26 September 2012

NAJD ADALAH TEMPAT KELAHIRAN PAHAM WAHABI (TANDUK SETAN)


Oleh : Ustadz Ibnu Mas'ud

Dalam kitab Khawathir Haula Al-Wahabiyah oleh Muhammad Ismail Muqaddam Hal. 30-31 dijelaskan sbb:

مـــن قـلــــب الجــزيــــرة العـــربـيـــــة ومــــن نــجـــد (1) ومـــن العــيــيـّنــــة (2) تـحـديــدا انطلقـــــت الدعـــــوة الـوهـابـيـــــة الدعـــــوة الــتى علــى أســـــاسها قــــامت الـدولــــة السعـــوديــــة ولا تزال قائمة الى
حد اليوم، فـــي تلـــك المـنــطــقـة القــاحلــة ومــن تـلـك المـــارة البـــدويـــة انبلــج صــــوت المصـــــلح الديـنـــــي – إن صـــحّ التـعبـيـــــر – محمــــد بــــن عبــــد الـوهـــاب (3)

(1) نجـــد : معنــــاها الـرض المــرتفـعـــة وهـــو إســـم يطلـــق علـــى المـنطـقـــة الوسطـــى مـــن شــبه الجــزيـــرة العــربــيــة وهو أكبر قسم في وسط هذه الجزيرة .حدود نجد غير معروفة تماما لدى الجغرافيين العرب القدماء لذلك كثرت فيها القوال وتعددت الراء ولكن حدودها التقريبية هي كالتي شمال : جبل شمّر وغربا : الحجاز وجنوبا الربع الخالي وشرقا : الدهناء والحساء ( حسين الشيخ خزعل، تاريخ الجزيرة في عصر الشيخ محمد بن عبد الوهاب ، بيروت ، دار الطليعة ، دون تاريخ ، الجزء الول ، ص13)

(2) العيّينة:أحد بلدان العارض في الشمال وهي بلدة الشيخ محمد بن عبد الوهاب ومسقط رأسه.( النهضة الولى للدعوة الوهابية حسين الشيخ خزعل، تاريخ الجزيرة، مرجع سلف ذكره ، ص15

(3)محمد بن عبد الوهاب (1792-1703) ينتمي محمد بن عبد الوهاب إلى بني سنان و هم فرع من تميم.ولد في العيينـة، رأى النـور فـي بيـت عمـاده العلـم و اليمـان ،جـده الشـيخ سـليمان آل مشـرف كـان مـن أعلـم علمـاء نجـد فـي زمـانه و كـانت لـه اليـد الطـولى فـي فقـه المـذهب الحنبلـي و إليـه انتهـت الرئاسـة الدينيـة فـي نجـد تـولى القضـاء بالعيينة، ووالد الشيخ عبد الوهاب بن سليمان كان عالما جليل القدر فقيها على مذهب المام أحمد بن حنبل و له معرفـة واسـعة فـي الحـديث و التفسـير و غيرهمـا مـن العلـوم الدينيـة الـخرى ،درس محمـد بـن عبـد الوهـاب فـي المدينة المنورة على يد الشيخ سليمان الكردي و الشيخ محمد حياة السندي .قضى فترة من حياته رحالة فقد عاش أربع سنوات في البصرة و قضى خمس سنوات في بغداد و قضى عاما في كردستان و عامين في همدان ثم اتجه إلــى أصــفهان و درس هنــاك –كمــا يقــال- لمــدة أربــع ســنوات فلســفة أرســطو و الشراقية و الصوفية ثم إتجه إلى "قــــم" و بعد هذا التطواف ارتاح إلى مذهب أحمد بن حنبل فغدا من أكبر المـدافعين عنـه و المتحمسـين لـه فعـاد إلـى العيينـة ثـم راح يـدعو النـاس إلـى مـا يعتقـد أنـه الفكـر الـديني الحــــــــــــق و ظهرت أفكاره التي يدعو إليها =الزعامـة الدينيـة لـبن عبـد الوهـاب و الزعامـة السياسـية لـبن سـعود

Dari jantung semenanjung Arab, dari Najd (1) dan dari ‘Uyainah awal munculnya dakwah Wahhabiyah. Dakwah atas dasar berdirinya negara Saudi dan masih bertahan sampai batas saat ini, di daerah gersang orang-orang badui ini menggemalah suara pembaharu dalam agama (sehingga bisa dikatakan sebagai ajaran) Muhammad ibn Abd al-Wahhab (3)

1) Najd: Artinya dataran tanah yg tinggi, yakni nama yang diberikan untuk daerah pusat semenanjung Arab dan adalah bagian terbesar di tengah pulau ini. Batasan Najd tidak dikenal dengan peta geografi Arab kuno. Karena mengenahi Najd itu beragam pendapat, tetapi batas perkiraan seperti batas Utara: Gunung adas dan barat: Hijaz Dan sebelah selatan seperempat kosong dan timur: Ad-Dahna’ dan Al-Ihsa’ (Hussein Sheikh Khazal, sejarah pulau di era Sheikh Mohammed bin Abdul Wahab, Beirut, Dar Ath-Tholi’ah, tanpa tahun, juz 1, hal. 13)

2) Uyainah: Salah satu negeri dari negara-negara utara, kota Sheikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan kampung halamannya. (Hussein Sheikh Khazal, sejarah pulau, referensi tersebut di atas, hal 15)

3) Muhammad bin Abul Wahhab (1703-1792). Wilayah Muhammad bin Abul Wahhab sampai Bani Sinan merupakan cabang dari Tamim. Dilahirkan di Uyainah, terlihat cahaya di dalam rumah kehebatannya akan ilmu dan keimanan, kakeknya bernama Sheikh Sulaiman, keluarga terhormat dan merupakan ulama yg paling cerdas di Najd pada zamannya. Adalah dia sebagai penerus mazhab Hanbali dan padanya diserahkan kepemimpin agama di Najd yang berkedudukan di Uyainah, dan ayah dari Syekh Abdul Wahab bin Sulaiman adalah ulama besar, cendikiawan, ahli hukum dengan madzhab Imam Ahmad bin Hanbal, dan pengetahuannya yang luas tentang ilmu hadits, tafsir dan selain dari keduanya dari ilmu-ilmu keagamaan yang lain. Muhammad ibn Abd al-Wahhab belajar di Madinah pada Sheikh Sulaiman Al-Kurdi dan Syekh Muhammad Hayat Al-Sindi. Dia menghabiskan masa perjalanan hidupnya. empat tahun hidup di Basra dan menghabiskan lima tahun di Baghdad dan menghabiskan setahun di Kurdistan dan dua tahun di Hamedan kemudian hidupkan ke Isfahan dan belajar di sana - seperti yang mereka katakan - untuk jangka waktu empat tahun filsafat barat dan sufisme kemudian beralih ke "pergerakan pembaharuan" dan setelah itu dia berlabuh ke madzhab Ahmad bin Hanbal, maka jadilah seorang pembela (madzhab) terbesar dan pembaharu kemudian kembali ke Uyainah, kemudian mengklaim dan mengajak orang-orang untuk percaya dengan apa yg diyakininya bahwa pemikiran keagamaannya itu yg benar dan muncul ide-ide yang di dakwahkannya. Maka diasumsikan bahwa agama Muhammad bin Abdul Wahhab didasari oleh politik kepemimpinan Ibnu Saud. Wallahu a’lam

Selasa, 25 September 2012

MUHAMMAD SHALIH AL-UTSAIMIN MENGINGKARI KEUTAMAAN RASULULLAH



محمد بن صالح العثيمين يقول لا يعلم دليل على أن النبي صلى الله عليه وسلم أفضل الخلق مطلقاً, أو بعبارة أخرى فهو ينفي أن يكون النبي صلى الله عليه وسلم أفضل الخلق مطلقاً (شاهد الصورة من كتاب المناهي اللفظية ص 161

Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan tidak menemukan bukti bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mutlak sebagai makhluk terbaik. Atau dengan kata lain ia menyangkal bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mutlak sebagai makhluk terbaik.

Lihat Scan Kitab Al-Manahi Al-Lafzhiyah hal.. 161 seperti dalam gambar.

Sementara ayat Al-Qur’an, hadits Nabi dan pendapat ulama menjelaskan bahwaRasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik makhluk ciptaan Allah.

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS.Al-Qalam: 4)

روى مسلم (4223) عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ ، وَأَوَّلُ شَافِعٍ ، وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ) .

Diriwayatkan oleh Muslim (4223) dari Abu Hurairah ra. dia berkata: Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku adalah penghulu keturunan Nabi Adam pada hari kiamat, dan yang pertama bangkit dari kubur, pemberi pertolongan yang pertama kali, dan yang pertama mendapatkan pertolongan.”

وقد فهم العلماء من هذا النص وغيره من النصوص الواردة في فضائل نبينا صلى الله عليه وسلم أنه أفضل الخلق .
قال النووي رحمه الله في "شرح صحيح مسلم :
وهذا الحديث دليل لتفضيله صلى الله عليه وسلم على الخلق كلهم ، لأن مذهب أهل السنة أن الآدميين أفضل من الملائكة ، وهو صلى الله عليه وسلم أفضل الآدميين وغيرهم"

Pemahaman para ilmuwan 'dari teks dan teks-teks lain yang terkandung dalam nilai-nilai KEUTAMAAN Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam bahwa yang terbaik dari penciptaan.

Al-Nawawi mengatakan dalam "Syarah Shahih Muslim":
Hadits ini menunjukkan keutamaan Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam mengalahkan keutamaan semua makhluk (ciptaan Allah), karena menurut pemahaman Ahlussunnah bahwa manusia lebih baik dari malaikat, dan dia Nabi Muhammad Shallallhu ‘alaihi wa sallam adalah manusia terbaik dan terbaik dari makhluk lainnya."

جاء في البداية والنهاية - (ج 6 / ص 302)
وسيأتي الحديث في صحيح مسلم عن أبي بن كعب أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إني سأقوم مقاما يوم القيامة يرغب إلى الخلق كلهم حتى أبو هم إبراهيم الخليل *
فدل على أنه أفضل إذ هو يحتاج إليه في ذلك المقام، ودل على أن إبراهيم أفضل الخلق بعده

Datang dari Kitab Bidayah Wa An-Nihayah - (juz 6 / hal. 302)
Pembicaraan ini akan datang dalam Shahih Muslim dari Abu bin Ka'ab bahwa Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku akan menempati suatu tempat yang diinginkan semua makhluk pada Hari Kebangkitan sampai termasuk bapakmu Ibrahim yang dikasihi Allah *

Hal ini menunjukkan bahwa Nabi lebih utama jika tempat belia sangat dibutuhkan di tempat itu, dan menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim adalah makhluk terbaik berikutnya.

وقد قال بذلك جل علماء الامة الإسلامية فنبينا صلى الله عليه وسلم أفضل الخلق فراجع مثلا

الإمام الشافعي في "الأم" (4/167) .
الإمام عبد الرازق الصنعاني في مصنفه (2/419) .
الإمام السبكي والخفاجي في نسيم الرياض ج (3) ص (531)
الإمام السخاوي في التحفة اللطيفةالصفحة : 12
حاشية أنوار البروق فى أنواع الفروق ج4 ص 330
فيض القدير ج 6 ص 343
ابن حجر في "فتح الباري" شرح حديث رقم (6229) .
المرداوي في " الإنصاف" (11/422) .
الألوسي في"روح المعاني" (4/284) .
حتي شيخ اسلامهم ابن تيمية في "مجموع الفتاوى" (1/313) و (5/127، 468) .
وتلميذه ابن القيم في تهذيب السنن حديث رقم (1787) من عون المعبود ابن القيم بدائع الفوائد ج3 ص655

Dan sungguh telah mengatakan hal yang demikian itu adalah mayoritas ulama bahwa Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik makhluk, merujuk pada beberapa pendapat, misalnya:

1. Imam Syafi'i dalam "Al-Uum" (4/167).
2. Imam Abdul Razzak Ash-Shan'aani dalam karyanya (2/419).
3. Imam Subki dan al-Khafaji dalam Nasim Ar-Riyadh juz (3) hal. (531)
4. Imam Sakhawi dalam At-Tuhfah Al-Lathifah hal. 12
5. Al-Qadiir juz 6 hal. 343
6. Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari’ syarah hadits (6229).
7. Mardaawi dalam "Al-Inshaf" (11/422).
8. Al-Alusi dalam "Ruh Al-Ma’ani" (4/284).
9. Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam "Majmu’ Al-Fatawwsa" (1/313) dan (5/127, 468).
10. Dan Muridnya Ibnu Qaiyim Al-Jauzi dalam Tahdzib As-Sunan hadits nomor (1787) Ibnu Qayyim dalam Bada-i’ Al-Fawaid juz 3, hal. 655

Wallahu a’lam bish-Shawab. Semoga bermanfa’at, Aamiin....

Senin, 24 September 2012

BOLEHKAH MENUNTUT ILMU DARI MBAH “GOOGLE”

Oleh : Ibnu Mas'ud.

1. Belajar adalah hal yang merupakan kewajiban bagi seluruh orang islam, sesuai sabda nabi:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: Rosululloh SAW. bersabda: “Mencari ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim”.
Imam Al Munawi dalam Faidlul Qodir memberikan penjelasan hadist ini sebagai berikut:

(فيض القدير 5264 (ج 4 / ص 267)
(طلب العلم فريضة على كل مسلم) قد تباينت الأقوال وتناقضت الآراء وفي هذا العلم المفروض على نحو عشرين قولا وكل فرقة تقيم الأدلة على علمها وكل لكل معارض وبعض لبعض مناقض وأجود ما قيل قول القاضي: ما لا مندوحة عن تعلمه كمعرفة الصانع ونبوة رسله وكيفية الصلاة ونحوها فإن تعلمه فرض عين قال الغزالي في الإحياء: المراد العلم بالله وصفته التي تنشأ عنه المعارف القلبية وذلك لا يحصل من علم الكلام بل يكاد يكون حجابا مانعا منه وإنما يتوصل له بالمجاهدة فجاهد تشاهد ثم أطال في تقريره بما يشرح الصدور ويملأ القلب من النور إلى أن قال… سئل عنه النووي فقال: ضعيف وإن كان معناه صحيحا إلى أن قال… وقال المصنف: جمعت له خمسين طريقا وحكمت بصجته لغيره ولم أصحح
حديثا لم أسبق لتصحيحه سواه.

Artinya: (Mencari ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim)Telah aku jelaskan Qoul-qoul dan pertentangan pendapat tentang Ilmu yang di haruskan (mempelajarinya) sekitar 50 qoul, dan setiap golongan berpegang pada dasar-dasar sesuai keilmuan, satu sama lainnya saling bertentangan.

- Namun pendapat yang paling Indah, adalah dari Imam Al Qodli: “Setiap ilmu yang harus di pelajari (tidak ada keleluasaan untuk tidak mempelajarinya) seperti mengetahui pencipta, kenabian Rosul-Nya, tata cara sholat dan lainnya, karena mempelajarinya adalah kewajiban bagi setiap orang”.

- Imam Ghozali dalam kitab Ikhya’ berkata: “Yang di kehendaki (dengan Ilmu yang di haruskan mempelajarinya) adalah mengetahui (ma’rifat/Wushul) Alloh dan sifat-Nya, dimana dengan ilmu tersebut muncul pengetahuan yang bersumber dari hati, dan hal itu tidak akan berhasil dari Ilmu Kalam (Tauhid/teologi), bahkan ilmu kalam bisa menjadi penghalang dan penyegah mengetahui Alloh. Ma’rifat kepada Alloh hanya bisa berhasil dengan mujahadah (bersungguh-sungguh beribadah kepada Alloh), bersungguh-sungguhlah maka engkau akan menemukan ma’rifat kepada Alloh!”. Kemudian Imam Ghozali membeberkan keterangan tentang sesuatu yang bisa melapangkan dada dan menerangi hati.

- Pada waktu Imam Nawawi di tanya (tentang status) Hadist ini, beliau berkata: “(hadist ini) adalah hadist dloif (lemah dipandang dari periwayat), walaupun Shohih dalam segi makna (maknanya benar). Imam Mushonnif (pengarang kitab Jamiussoghir: Imam Suyuthi) berkata: “Aku mengumpulkan hadist ini (melalui) 50 periwayat dan aku menghukumi (hadist ini) dengan Shohih Li Ghoirihi (Shohih dengan memandang periwayatan hadist lain) dan aku tidak menghukumi shohih suatu hadist yang belum aku shohihkan selain hadist diatas”.

2. Beliau Nabi SAW. menekankan belajar, walaupun sulitnya pemahaman, jarak dan waktu,

شعب الإيمان للبيهقي – (ج 4 / ص 174)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اطلبوا العلم ولو بالصين, فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم » « هذا حديث متنه مشهور, وإسناده ضعيف»

Artinya: Rosululloh SAW. bersabda: “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri China, karena sesungguhnya Mencari ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim”.
Catatan: Hadist ini Masyhur namun dloif, sedangkan penggunaan hadits dhaifuntuk fadhoilul a’mal (keutamaan beramal) adalah boleh.

3. Sedangkan ulama, guru ataupun ustadz sepeti hadist diatas ibid adalah merupakan pewaris para nabi yang menjadi pemegang tongkat estafet perjuangan agama islam, sehingga pelajar tidak akan mampu mempelajari ilmu agama dengan benar tanpa melalui ulama, bahkan apabila belajar ilmu Thariqot dan Haqiqot, beliau Imam Abu Yazid Al Basthomi memperingatkan pelajar yang mempelajarinya tanpa guru sebagai berikut:

تفسير حقي – (ج 7 / ص 393)
ومن كلام ابى يزيد البسطامى قدس سره من لم يكن له شيخ فشيخه الشيطان

Artinya: Sebagian dari perkataan Imam Abu Yazid -semoga Alloh menbersihkan rahasianya- “Barangsiapa yang tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah Setan”.

Imam Sayid Alawi bin As Saqof dalam kitab Sab’atul kutub menjelaskannya sebagai berikut:

سبعة الكتب المفيدة ص: 52
فصل فيمن يصح أن يتخذ شيخا إعلم وفقني الله وإياك لمرضاته أنه يجب على مريد الطريق أن يقصد عند إرادة إنابته وتوبته واستيقاظه من نوم غفلته شيخا من أهل زمانه يكون مترقيا في مقام الرجال الكمل شرعيا حقيقيا سلوكه على الكتاب والسنةوالاقتداء بالعلماء إلى أن قال… فالشيخ العارف الواصل وسيلة المريد إلى الله وبلبه الذي يدخل منه على الله فمن لاشيخ له يرشده فمرشده الشيطان ومن هذا تعلم أنه لا يجوز التصدر لأخذ العهد على المريدين وإرشادهم إلا بعد التربية اهـ

Artinya: Fasal menjelaskan orang yang bisa/pantas menjadi guru. ketahuilah! -semoga Alloh memberi pertolongan ridlo-Nya kepada kita- sesungguhnya wajib bagi murid Thoriqot apabila ingin kembali, taubat dan bangun dari tidur “lupanya” untuk mencari Syaikh (Mursyid/guru) di zamannya yang suluknya (metodenya) terdidik sebagi lelaki sempurna secara syariat dan hakikat, sesuai Al Qur’an, Al Hadist dan mengikuti Ulama. Sampai…. Maka guru yang wushul (sampai derajad ma’rifat Alloh) sebagai perantara murid pada Alloh, dan menjadi sari pati yang bisa menghantar ma’rifat Alloh. Maka orang yang tidak mempunyai guru yang mampu menjadi petunjuk baginya, maka pembimbingnya adalah setan, dan dari ini diketahui sesungguhnya tidak boleh mengambil janji (membaiat) pada para murid dan membimbing kecuali setelah memberi pendidikan (Ilmu Syariat).

Mayoritas ulama, seperti keterangan Imam Nawawi dalam kitab majmu’ berkata:

المجموع شرح المهذب الجزء الأول ص: 66
فقد قال ابن سيرين ومالك وخلائق من السلف: هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم. إلى أن قال… وقالوا: ولا تأخذ العلم ممن كان أخذه له من بطون الكتب من غير قراءة على شيوخ أو شيخ حاذق فمن لم يأخذه إلا من الكتب يقع في التصحيف ويكثر منه الغلط والتحريف.

Artinya: Imam Ibnu Sirin, Imam Malik dan Para ulama salaf benar-benar berkata: “Ilmu ini adalah agama, maka lihatlah (telitilah) dari siapa kalian mengambil (belajar tentang) agama kalian”, sampai… Para ulama berkata: “Janganlah kalian mengambil (belajar) ilmu dari orang yang belajar dari kitab tanpa membaca pada para Syaikh atau syaikh yang pintar, maka barangsiapa yang mempelajari ilmu hanya lewat buku akan mengalami kesalahan pemahaman, banyak membuat kekeliruan dan akan membelokkan pengertian.

4. Dengan sendirinya ulama mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan perantara ilmu, seperti ungkapan dalam kaidah fiqh:

للوسائل حكم المقاصد

Artinya: “perantara mempunyai hukum sama seperti tujuan”, yakni cara menghormati murid/pelajar kepada Masyayikh ataupun ustadz yang merupakan perantara untuk mendapatkan ilmu agama yang agung, seperti ungkapan Imam Ghozali:

هامش اتحاف السادة الجزء الأول ص: 336
قال رسول الله إنما أنا مثل الوالد لولده بأن يقصد انقاذهم من نار الآخرة وهو أهم من انقاذ الوالدين ولدهما من نار الدنيا ولذلكصار حق المعلم أعظم من حق الوالدين فإن الوالد سبب الوجود الحاضر والحياة الفانية والعلم سبب الحياة الياقية ولو لا المعلم لانساق ما حصل من جهة الأب إلى الهلاك الدائم

Artinya: Rosululloh SAW. bersabda: “Sesungguhnya Aku laksana orang tua bagi anaknya”, yang mempunyai tujuan menyelamatkan dari api neraka, dan ini lebih penting daripada para orang tua yang menyelamatkan anaknya dari api dunia (ekonomi), dan dari situ hak pengajar ilmu agama lebih agung daripada kedua orang tua, karena orang tua sebagai sebab keberadaan anak di dunia fana, sedangkan Ilmu sebab mendapatkan kehidupan kekal (Akhirot), dan andai tidak ada pengajar, maka sesuatu yang timbul dari ayah (meneyelamatkan dari api dunia/ekonomi) akan menggiring pada kerusakan selamanya. Wallahu a’lam bish-Shawab. Semoga bermanfa’at., Aamiin.....

Senin, 17 September 2012

SYUKUR

Bersyukur kepada Alloh bukan hanya ketika senang saja tapi juga pada saat menghadapi ujian dari-Nya. Rahmat dan musibah yang diturunkan Alloh sepatutnya dijadikan bahan muhasabah diri setiap saat. Sesungguhnya orang yang memiliki ketajaman mata hati mengakui bahwa bencana dan ujian Alloh tidak hanya dalam bentuk lapar, sakit, miskin dan sebagainya karena bencana yang paling hebat adalah yang bersifat maknawi yaitu tidak nampak dimata manusia tetapi kesannya sungguh dahsyat dirasakan.

Alloh bisa membuat hati manusia merasa tertekan seperti disebut dalam Al Quran "Barang siapa yang Alloh menghendakinya mendapat petunjuk niscaya Dia melapangkan dadanya untuk menerima Islam. Siapa yang dikehendaki Alloh mendapat kesesatan niscaya Alloh menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki langit". (Q.S Al-An'am : 125)

Walaupun nikmat dunia sudah dimiliki tapi dada masih terasa sesak, sempit, takut, risau dan sedih. Bukankah perasaan seperti itu adalah adzab yang bersifat maknawi?Apakah lagi adzab Alloh yang ditimpakan kepada manusia supaya mereka ingat??

Adzab dihati tidak berasa manisnya iman, mengapa orang yang lalai kepada Alloh bergelimang harta dan kekuasaan??Tidak nampak kesusahan pada wajah mereka dan senantiasa sehat dengan serta senang dengan apa yang dimilikinya. Tapi benarkah mereka bahagia??Mana mungkin harta bisa membeli ketenangan jiwa, bahkan hakekatnya semua yang ditonjolkan adalah palsu belaka. Hati mereka menjerit dikejar rasa bersalah, diburu bayang-bayang dosa dan maksiat. Nurani yang bersih senantiasa berbisik bahwa mereka melakukan kesalahan memilih jalan sedangkan nafsu yang buta coba menjerat dengan berbagai kenikmatan sesaat. Memang mereka menikmati segalanya tapi jiwa tidak pernah puas, hampa dan kosong. Alloh menyiksa mereka dengan cara mengunci mati hati mereka dari hidayah-Nya. Adzab Alloh membuat hidup seseorang tidak menentu, tertekan, tersesat tanpa kuasa yang boleh menolongnya selain Alloh.

Jika Alloh mencabut manisnya iman dari hati sesungguhnya Dia mengadzab mereka secara halus, banyak yang sholat tapi jarang sekali yang bisa merasakan indahnya sujud atau pun khusyu' dalam sholatnya dan mereka berilmu tapi tidak mengenal jalan menuju Alloh. Mereka kaya tapi tidak bisa merasakan berkahnya hartanya. Mereka sibuk mengejar dunia, meneteskan air mata untuk dunia yang hanya sesaat, berjuang untuk dunia, sakit dan akhirnya mati untuk dunia tanpa melalui manisnya beribadah dan nikmatnya memuji Alloh.

Hati adalah tempat jatuhnya rahmat dan adzab dari Alloh. Alangkah banyak manusia yang tidak menyadari dirinya sedang diadzab karena dosa membutakan hati sehingga tidak mampu membedakan manakah salah satunya antara rahmat dan adzab. Orang berilmu buta hati jika ia menganggap dirinya senantiasa dirahmati Alloh walaupun maksiat menghiasi pribadinya, apalagi orang awam yang imannya kering . Walaupun kita harus berbaik sangka kepada Alloh tapi jangan sampai merasa bebas dari karat maksiat berlagak seperti suci dari debu.

Semakin kita merasa bebas dari maksiat itu maka semakin kotor hati kita sehingga tidak mampu lagi membedakan mana yang rahmat dan mana yang adzab. Adzab dimata tidak bisa membaca hikmah peringatan Alloh. Setiap peristiwa pasti mengandung hikmah kebaikan untuk manusia. Ujian dan adzab adalah bentuk pelajaran yang sangat berkesan untuk menyadarkan kesalahan dan kekhilafan manusia. Tetapi ada pula orang yang semakin diuji semakin parah kesesatannya, bahkan terus menerus melakukan maksiat. Adzab diatas adzab....!!! Apabila sakit yang diderita, harta yang hilang, gagal dalam hidup dan ajal maut sama sekali tidak menyadarkan bahwa semua itu adalah peringatan dari Alloh.

Padahal duri yang tertancap dalam kulit menyimpan pertanda bahwa manusia memang lemah dan tidak mampu melawan kehendak Alloh. Saat sakit dia sering menyumpah serapah, saat rugi dia membuat penyelewengan demi mendapatkan keuntungan walaupun dengan cara yang haram, jika di dzolimi dia membalas dendam dengan kedzoliman yang lebih kepada orang lain. Tidak ada kamus tobat dan insyaf dalam hidupnya. Mereka tidak mau mengambil pelajaran tentang manusia yang berakhir merugi didunia dan akhirat. Mata, telinga, hati dan akal mereka yang seharusnya digunakan untuk mencari hidayah dan ridho Alloh tidak pernah digunakan dengan baik.

Ketinggian akhlak manusia tergantung seberapa banyak dia bersyukur kepada Alloh. Manusia yang tanpa sifat syukur seperti pendusta yang mengambil kesempatan dan menikam dari belakang. Walaupun ilmu menjulang tinggi sampai langit, harta setinggi gunung, kuasanya meliputi segenap belahan bumi tapi jika ia kufur maka dia menjadi sehina-hina makhluk pada pandangan Dzat Yang Maha Memberi Nikmat. Lebih baik hidup sebagai cacing yang sadar diri senantiasa berdzikir pagi dan petang mengingat Alloh yang memberinya makanan dalam tanah. Walaupun syukur cacing tidak dibalas dengan nikmat di akhirat tetapi cacing pandai berterima kasih kepada Alloh atas rizkinya dalam tanah. Manusia jauh lebih baik dari pada cacing karena bisa menikmati apa yang ada didalam tanah dan diluar tanah tetapi sangat sedikit sekali yang pandai bersyukur.

Syukur adalah perhiasan yang paling cantik jika dipakai, ilmu bermanfaat jika diamalkan dan akhlak yang indah pada pandangan Alloh, bahkan ia menahan adzab yang akan diturunkan kepada orang yang pandai bersyukur.

Semoga Alloh senantiasa memberikan taufiq dan hidayah-Nya untuk kita semua agar kita smua bisa menjadi hamba-hamba Alloh yang pandai bersyukur sehingga kita bisa menjadi orang yang berbahagia dunia akhirat, Amiin Ya Robbal 'alamiin....

KESAKSIAN ATAS DARAH YAHUDI DARI KELUARGA SAUD


 
Pada tahun 1960, Radio Sawt Al Arab di Kairo Mesir dan Radio Yaman di Sana’a mengkonfirmasikan kebenaran Darah Yahudi dari Keluarga Saudi.

Raja Faisal Al-Saud waktu itu tidak bisa menolak kenyataan Darah Yahudi dari Keluarga Saudi ketika dia menyatakan kepada Washington Post pada 17 September 1969 dengan berkata: ”Kami, Keluarga Saudi adalah saudara sepupu (cousins) Yahudi. Kami sama sekali tidak setuju kepada sebarang Pemerintah Negara Arab atau Pemerintah Negara Muslim yang menunjukkan kebencian kepada Yahudi, tetapi kita harus hidup berdampingan secara damai dengan mereka. Negara kami (Arabia) adalah asal muasal darimana orang Yahudi pertama muncul, dan kemudian keturunannya menyebar keseluruh penjuru dunia”. Demikianlah deklarasi Raja Faisal Al-Saud bin Abdul Aziz.

Hafiz Wahbi, Penasehat Kerajaan Saudi, menyebutkan dalam bukunya yang berjudul ”Peninsula of Arabia” bahwa Raja Abdul Aziz Al Saud yang meninggal tahun 1953 telah berkata: ”Pesan kami (Pesan Saudi) kepada seluruh kabilah Arab yang menentang kami: Kakek saya, Saud Awal, pernah menawan sejumlah Sheikh dari Kabilah Mathir dan ketika serombongan orang dari kabilah yang sama datang menuntut pembebasan mereka, Saud Awal memerintahkan kepada para pengawalnya untuk memenggal kepala semua tawanan itu, kemudian, dia ingin menghinakan para penuntut itu dengan mengundang mereka untuk memakan daging korbannya yang sudah dimasak sementara potongan kepalanya ditaruh di atas nampan. Para penuntut itu sangat terkejut dan menolak untuk memakan daging keluarganya sendiri; dan karena penolakannya itu, dia memerintahkan kepada para pengawalnya untuk memenggal kepala mereka juga”.

Hafiz Wahbi mengatakan lebih jauh bahwa maksud Raja Abdul Aziz Al Saud menceritakan kisah berdarah itu agar delegasi dari Kabilah Mathir yang saat itu sedang datang untuk menuntut pembebasan pemimpin mereka saat itu, yakni Sheikh Faisal Al Darwish, untuk tidak meneruskan niat mereka. Karena bila tidak mereka akan mengalami nasib yang sama. Dia membunuh Sheikh itu dan menggunakan darahnya untuk wudhu tepat sebelum ia melakukan sholat (sesuai dengan fatwa sesat paham Wahabi ).

Kesalahan Sheikh Faisal Al Darwish saat itu adalah karena dia mengkritik Raja Abdul Aziz Al Saud yang telah menandatangi dokumen yang disiapkan pemerintah Inggris sebagai sebuah Deklarasi untuk memberikan Palestina kepada Yahudi. Penandatanganan itu dilakukan di sebuah konferensi yang diselenggarakan di Al Aqeer pada tahun 1922.

Begitulah dan hal itu berlanjut terus sampai sekarang dalam sistem kekuasaan rezim Keluarga Saudi atau tepatnya Keluarga Yahudi ini. Semua tujuannya adalah: menguasai semua kekayaan dan keberkahan negeri Rasulullah saw; dengan cara merampok dan segala macam perbuatan keji lainnya, penyesatan, pengkafiran, mengeksekusi semua yang menentangnya dengan tuduhan kafir dan musyrik yang semuanya itu didasarkan atas DOKTRIN PAHAM WAHABI.

1. Sumber dari bahasa Indonsia, Wajah Asli dinasti Saudi, dalam http://wildwestwahabi.wordpress.com/...dinasti-saudi/

2. Sumber dari bahasa Inggris, dengan judul: THE SAUDI DYNASTY: FROM WHERE IS IT? AND WHO IS THE REAL ANCESTOR OF THIS FAMILY? Dapat diunduh di http://www.fortunecity.com/boozers/b...2/history.html

3. Juga bisa diunduh dalam, Zionist Rulers of Saudi Arabia: Jewish Roots of the Saudi Ruling Family, dalam http://pakalert.wordpress.com/2008/1...-saudi-arabia/

4. Sumber dalam bahasa Arab berjudul, Alu Su`ud min Aina wa Ila Aina? karangan Muhammad Sakher, dalam http://www.fortunecity.com/boozers/b...2/history.html

Minggu, 16 September 2012

BIOGRAFI AL ARIF BILLAH AL A'LIM AS SAYYID AHMAD ZAINI DAHLAN RAHIMAHULLAH

SAYYID AHMAD ZAINI DAHLAN RAHIMAHULLAH
Ibnu Sa’ad dan Mala meriwayatkan di dalam sirahnya bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : ‘Pada setiap generasi umatku terdapat manusia-manusia adil dari kalangan Ahlul Baitku, yang menyingkirkan dari agama ini segala bentuk penyimpangan orang-orang yang sesat, pemalsuan orang-orang yang batil , dan petakwilan orang-orang yang bodoh.’

Dikalangan dunia penuntut ilmu dipondok-pondok pesantren, nama Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sudah tidak asing lagi. Namanya harum dan masyhur dikalangan mereka karena sebagian besar daripada sanad keilmuan para ulama Nusantara (Indonesia, Malaysia dan Fathoni ) bersambung kepada ulama besar ini. Beliau sangat terkenal sebagai seorang ulama pembela Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam menentang faham Wahabi, sehingga Ulama besar ini sangat dibenci dan amat dimusuhi oleh golongan Wahabi. Maka banyak fitnah yang ditaburkan terhadap beliau. Tujuannya tidak lain agar umat Islam yang tidak tahu yang sebenarnya menjauhinya.
Menurut riwayat, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan lahir di Makkah pada 1232H /1816M. Selesai menimba ilmu di kota kelahirannya, ia lantas dilantik menjadi mufti Mazhab Syafi`i, merangkap “Syeikhul Harom” suatu pangkat ulama tertinggi saat itu yang mengajar di Masjidil Harom yang diangkat oleh Syeikhul Islam yang berkedudukan di Istanbul, Turki.

Ulama besar inilah yang telah memberi perlindungan kepada Syaikh Rahmatullah bin Kholilurrohman al-Kironawi al-Hindi al-Utsmani ( lahir 1226H /1811M, riwayat lain lahir Jumadil Awwal 1233H /9 Maret 1818M, wafat malam Jum`at, 22 Ramadan 1308H /2 Mei 1891M) ketika diburu oleh penjajah Inggris bahkan beliau memperkenalkannya kepada pemerintah Makkah. Sehingga Syeikh Rahmatullah mendapat izin untuk membuka Madrasah Shoulatiyah.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan adalah merupakan seorang Syeikhul Islam, Mufti Haromain dan Pembela Ahlus Sunnah Wal Jama`ah. Berasal dari keturunan yang mulia, ahlul bait Rosulullah Saw. Silsilah beliau bersambung kepada Sayyiduna Hasan, cucu kesayangan Rasulullah SAW. Berdasarkan kitab Taajul-A`raas, juz 2, halaman 702 karya al-Imam al-A`llaamah al-Bahr al-Fahhamah al-Habib A`li bin Husain bin Muhammad bin Husain bin Ja`far al-A`ththoos. Nasabnya adalah seperti berikut:-

1. Al-Imam al-Ajal wal-Bahrul Akmal Faridu ‘Ashrihi wa Aawaanihi Syaikhul-Ilm wa Haamilu liwaaihi wa Hafidzu Haditsin Nabi S.a.w. wa Kawakibu Sama-ihi, Ka’batul Muriidin wa Murabbis Saalikiin asy-Sayyid Ahmad
2. bin Zaini Dahlan
3. bin Ahmad Dahlan
4. bin ‘Utsman Dahlan
5. bin Ni’matUllah
6. bin ‘Abdur Rahman
7. bin Muhammad
8. bin ‘Abdullah
9. bin ‘Utsman
10. bin ‘Athoya
11. bin Faaris
12. bin Musthofa
13. bin Muhammad
14. bin Ahmad
15. bin Zaini
16. bin Qaadir
17. bin ‘Abdul Wahhaab
18. bin Muhammad
19. bin ‘Abdur Razzaaq
20. bin ‘Ali
21. bin Ahmad
22. bin Ahmad (Mutsanna)
23. bin Muhammad
24. bin Zakariyya
25. bin Yahya
26. bin Muhammad
27. bin Abi ‘Abdillah
28. bin al-Hasan
29. bin Sayyidina ‘Abdul Qaadir al-Jilani, Sulthanul Awliya
30. bin Abi Sholeh
31. bin Musa
32. bin Janki Dausat Haq
33. bin Yahya az-Zaahid
34. bin Muhammad
35. bin Daud
36. bin Muusa al-Juun
37. bin ‘Abdullah al-Mahd
38. bin al-Hasan al-Mutsanna
39. bin al-Hasan as-Sibth
40. bin Sayyidinal-Imam ‘Ali & Sayyidatina Fathimah al-Batuul rodliyallahu ‘anhuma wa `anhum ajma`in.

Murid-muridnya

Diantara murid-murid beliau yang terkenal ialah Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi rhm. Pengarang “I’anathuth-Tholibin Syarh Fath al-Mu’in karya al-Malibary” yang masyhur, Sayyidil Quthub al-Habib Ahmad bin Hasan al-Aththas rhm, Sayyid Abdullah az-Zawawi Mufti Syafi`iyyah, Mekah. Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi telah mengarang kitab bernama “Nafahatur Rohman” yang merupakan manaqib atau biografi kebesaran gurunya Sayyid Ahmad rhm.

Adapun ulama-ulama Nusantara yang pernah berguru dengan ulama besar ini ialah:-

-Syeikh Nawawi bin U`mar Al-Jawi Al-Bantani (Jawa Barat)
-Syeikh Abdul Hamid Kudus (Jawa Timur) – Syeikh Muhammad Khalil al-Maduri (Jawa Timur)
- Syeikh Muhammad Saleh bin Umar, Darat (Semarang)
- Syeikh Ahmad Khatib bin Abdul Latif bin Abdullah al-Minankabawi (Sumatra Barat)
- Syeikh Hasyim Asy’ari Jombang (Jawa Timur)
- Sayyid Utsman bin ‘aqil bin Yahya Betawi (DKI Jakarta)
- Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani (Jawa Barat)
- Tuan guru Kisa-i Minankabawi [atau namanya Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh. Beliau inilah yang melahirkan dua orang tokoh besar di dunia Melayu. Yang seorang ialah anak beliau sendiri, Dr. Syeikh Haji Abdul Karim Amrullah. Dan yang seorang lagi ialah cucu beliau, Syeikh Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)
- Syeikh Muhammad bin Abdullah as-Shuhaimi
- Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathoni
- Tuan Hussin Kedah (Malaysia)
- Syeikh Ahmad Yunus Lingga,
- Datuk Hj Ahmad (Ulama Brunei Dar as-Salam)
- Tok Wan Din, nama lengkapnya Syeikh Wan Muhammad Zainal Abidin al-Fathoni,
- Syeikh Abdul Qadir al-Fathoni (Tok Bendang Daya II),
- Haji Utsman bin Abdullah al-Minankabawi, Imam, Khatib dan Kadi Kuala Lumpur yang pertama,
- Syeikh Muhammad al-Fathoni bin Syeikh `Abdul Qadir bin `Abdur Rahman bin `Utsman al-Fathoni
- Sayyid `Abdur Rahman al-Aidrus (Tok Ku Paloh)
- Syeikh `Utsman Sarawak
- Syeikh Abdul Wahab Rokan
Dan lain-lain.

Para ulama banyak memberikan gelar kepada beliau antara lain sebagai al-Imam al-Ajal (Imam pada waktunya), Bahrul Akmal (Lautan Kesempurnaan), Faridu 'Ashrihi wa Aawaanihi (Ketunggalan masa dan waktunya), Syaikhul-Ilm wa Haamilu liwaaihi (Syaikh Ilmu dan Pembawa benderanya) Hafidzu Haditsin Nabi SAW wa Kawakibu Sama-ihi (Penghafal Hadits Nabi SAW. dan Bintang-bintang langitnya ), Ka'batul Muriidin wa Murabbis Saalikiin ( Tumpuan para murid dan Pendidik para salik ), dan lain-lain.

Inilah orang yang difitnah dan dituduh oleh gembong2 Wahhabi sebagai tukang fitnah yang memburuk-burukkan Ibnu Abdul Wahhab an-Najdi dan Wahhabi. Ketahuilah bahwa antara yang awal memfitnah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan rhm. adalah Rasyid Ridha murid Abduh yang mengarang "Tafsir al-Manar" rujukan kaum Wahhabi. Tujuan mereka memfitnah Sayyid Ahmad adalah untuk memusnahkan ilmu dan pengetahuan yang sebenarnya, agar kebatilan mereka diterima. Sesungguhnya Sayyid Ahmad bersih dari tuduhan musuh-musuhnya tersebut, beliau adalah ulama yang tsiqat ( yang bisa dipercaya ).

Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi dalam "Nafahatur Rohman" antara lain menulis:- "Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan r.a. hafal al-Qur`an dengan baik dan menguasai 7 cara bacaan Qur`an ( qiroatus sab`ah ). Beliau juga hafal kitab "asy-Syaathibiyyah" dan "al-Jazariyyah", dua kitab yang sangat bermanfaat bagi pelajar yang hendak mempelajari qiroah sab`ah. Karena cinta dan perhatiannya pada al-Qur`an, beliau memerintahkan sejumlah qori untuk mengajar ilmu ini, beliau kawatir ilmu ini akan hilang jika tidak diajarkan terus."

Mudah-mudahan Allah SWT merahmati dan meridhoi Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dan murid-muridnya Aaaaaamiiiin.....serta kita sekalian. Mudah-mudahan Allah SWT menguatkan iman dan taqwa kita serta memberi kita kekuatan untuk mempertahankan Islam dan Ahlus Sunnah Wal Jama`ah serta para ulamanya.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan al-Hasany kembali ke rahmatullah pada tahun 1304 H /1886 M setelah menghabiskan usianya di jalan Allah berkhidmat untuk agamaNya. Beliau di maqamkan di Madinah al-Munawwarah. Sesungguhnya amat besar jasa ulama ini dalam mempertahankan pegangan Ahlus Sunnah wal Jama`ah sehingga beliau dijadikan tempat gembong2 Wahhabi ahlul bughoh melepas geram dengan berbagai fitnah dan cacian.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan adalah seorang u`lama yang produktif Selain melahirkan para ulama beliau juga menghasilkan karangan yang sangat banyak diantaranya adalah:

1. Al-Futuhatul Islamiyyah;
2. Tarikh Duwalul Islamiyyah;
3. Khulasatul Kalam fi Umuri Baladil Haram;
4. Al-Fathul Mubin fi Fadhoil Khulafa ar-Rasyidin;
5. Ad-Durarus Saniyyah fi raddi 'alal Wahhabiyyah;
6. Asnal Matholib fi Najati Abi Tholib;
7. Tanbihul Ghafilin Mukhtasar Minhajul 'Abidin;
8. Hasyiah Matan Samarqandi;
9. Risalah al-Isti`araat;
10. Risalah I'raab Ja-a Zaidun;
11. Risalah al-Bayyinaat;
12. Risalah fi Fadhoilis Sholah;
13. Shirathun Nabawiyyah;
14. Syarah Ajrumiyyah;
15. Fathul Jawad al-Mannan;
16. Al-Fawaiduz Zainiyyah Syarah Alfiyyah as-Sayuthi;
17. Manhalul 'Athsyaan; dll.

"ad-Durarus - Saniyyah fir - rad 'ala al-Wahhabiyyah" ("Mutiara-mutiara yang amat berharga untuk menolak faham Wahhabi"}. Inilah diantara kitab karangan Panutan kita Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan al-Hasany. Kitab inilah yang menyebabkan gembong2 Wahhabi marah dan murka dengan Sayyid Ahmad rhm. Diantara isi kitab ini ialah penjelasan mengenai hukum ziarah maqam Junjungan Nabi SAW, hukum tawassul, hukum istighotsah, hukum tabarruk ( ngalap berkah ), kesesatan Wahhabi, penolakan ulama terhadap Muhammad bin Abdul Wahhab dan sejarah muncul dan perlakuan Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan mengatakan: `Abd al-Wahhab, bapak Muhammad bin abdul wahab adalah seorang yang salih dan merupakan seorang tokoh ahli ilmu, begitu juga dengan al-Syaikh Sulaiman. Al-Syaikh `Abd al-Wahhab dan al-Syaikh Sulaiman, keduanya dari awal ketika Muhammad mengikuti pengajarannya di Madinah al-Munawwarah telah mengetahui pendapat dan pemikiran Muhammad yang meragukan. Keduanya telah mengkritik dan mencela pendapatnya dan mereka berdua turut memperingatkan orang ramai mengenai bahayanya pemikiran Muhammad. [ tuqilan Sayyid Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]

Dalam keterangan beliau yang lain dikatakan bahwa bapaknya `Abd al-Wahhab, saudaranya Sulaiman dan guru-gurunya telah dapat mengenali tanda2 penyelewengan agama ( ilhad ) dalam diri Muhammad yang didasarkan kepada perkataan, perbuatan dan tentangan Muhammad bin abd wahab terhadap banyak persoalan agama. [ Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]

Dari Kitab DURARUSSANIYAH FIR RADDI ALAL WAHABIYAH karya Syeikhul Islam Allamah Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan Asy-Syafi’I :

Diantara sifat-sifat wahabi yang tercela ialah kebusukan dan kekejiannya dalam melarang orang berziarah ke makam dan membaca sholawat atas Nabi SAW, bahkan dia ( Muhammad bin Abdul Wahhab) sampai menyakiti orang yang hanya sekedar mendengarkan bacaan sholawat dan yang membacanya dimalam Jum’at serta yang mengeraskan bacaannya di atas menara-menara dengan siksaan yang amat pedih.

Pernah suatu ketika salah seorang lelaki buta yang memiliki suara yang bagus bertugas sebagai muadzin, dia telah dilarang mengucapkan shalawat di atas menara, namun lelaki itu selesai melakukan adzan membaca shalawat, maka langsung seketika itu pula dia diperintahkan untuk dibunuh, kemudian dibunuhlah dia, setelah itu Muhammad bin Abdul Wahhab berkata :

“perempuan-perempuan yang berzina dirumah pelacuran adalah lebih sedikit dosanya daripada para muadzin yang melakukan adzan di menara2 dengan membaca shalawat atas Nabi. Kemudian dia memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk memelihara kemurnian tauhid ( kayaknya orang ini maniak atau menderita sindrom tertentu ). Maka betapa kejinya apa yang diucapkannya dan betapa jahatnya apa yang dilakukanya ( mirip revolusi komunisme ).

Tidak hanya itu saja, bahkan diapun membakar kitab Dalailul Khairat ( kitab ini yang dibaca para pejuang Afghanistan sehingga mampu mengusir Uni Sovyet / Rusia, namun kemudian Wahabi mengirim Taliban yang akan membakar kitab itu) dan juga kitab-kitab lainnya yang memuat bacaan-bacaan shalawat serta keutamaan membacanya ikut dibakar, sambil berkata apa yang dilakukan ini semata-mata untuk memelihara kemurnian tauhid.

Dia juga melarang para pengikutnya membaca kitab-kitab fiqih, tafsir dan hadits serta membakar sebagian besar kitab-kitab tsb, karena dianggap susunan dan karangan orang-orang kafir. Kemudian menyarankan kepada para pengikutnya untuk menafsirkan Al Qur’an sesuai dengan kadar kemampuannya, sehingga para pengikutnya menjadi BIADAB dan masing-masing menafsirkan Al Qur’an sesuai dengan kadar kemampuannya, sekalipun tidak secuilpun dari ayat Al Qur’an yang dihafalnya. Lalu ada seseorang dari mereka berkata kepada seseorang : “Bacalah ayat Al Qur’an kepadaku, aku akan menafsirkanya untukmu, dan apabila telah dibacakannya kepadanya maka dia menafsirkan dengan pendapatnya sendiri. Dia memerintahkan kepada mereka untuk mengamalkan dan menetapkan hukum sesuai dengan apa yang mereka fahami serta memperioritaskan kehendaknya diatas kitab-kitab ilmu dan nash-nash para ulama, dia mengatakan bahwa sebagian besar pendapat para imam keempat madzhab itu tidak ada apa-apanya.

Sekali waktu, kadang memang dia menutupinya dengan mengatakan bahwa para imam ke empat madzhab Ahlussunnah adalah benar, namun dia juga mencela orang-orang yang sesat lagi menyesatkan. Dan dilain waktu dia mengatakan bahwa syari’at itu sebenarnya hanyalah satu, namun mengapa mereka (para imam madzhab) menjadikan 4 madzhab. Ini adalah kitab Allah dan sunnah Rasul, kami tidak akan beramal, kecuali dengan berdasar kepada keduanya dan kami sekali-kali tidak akan mengikuti pendapat orang-orang Mesir, Syam dan India. Yang dimaksud adalah pendapat tokoh-tokoh ulama Hanbaliyyah dll dari ulama-ulama yang menyusun buku-buku yang menyerang fahamnya.

Dengan demikian, maka dia adalah orang yang membatasi kebenaran, hanya yang ada pada sisinya, yang sejalan dengan nash-nash syara’ dan ijma’ ummat, serta membatasi kebathilan di sisinya apa yang tidak sesuai dengan keinginannya, sekalipun berada diatas nash yang jelas yang sudah disepakati oleh ummat.

Dan adalah dia adalah orang yang mengurangi keagungan Rasulullah SAW dengan banyak sekali atas dasar memelihara kemurnian tauhid. Dia mengatakan bahwa Nabi SAW itu tak ubahnya :”THORISY”. Thorisy adalah istilah kaum orientalis yang berarti seseorang yang diutus dari suatu kaum kepada kaum yang lain. Artinya, bahwa Nabi SAW itu adalah pembawa kitab, yakni puncak kerasulan beliau itu seperti “Thorisy” yang diperintah seorang amir atau yang lain dalam suatu masalah untuk manusia agar disampaikannya kepada mereka, kemudian sesudah itu berpaling (atau tak ubahnya seorang tukang pos yang bertugas menyampaikan surat kepada orang yang namanya tercantum dalam sampul surat, kemudian sesudah menyampaikannya kepada yang bersangkutan, maka pergilah dia. Dengan ini maka jelaslah bahwa kaum Wahabi hanya mengambil al Qur’an sebagian dan sebagian dia tinggalkan).

Diantara cara dia mengurangi ke-agungan Rasulullah SAW ialah pernah mengatakan : “AKU MELIHAT KISAH PERJANJIAN HUDAIBIYAH, MAKA AKU DAPATI SEMESTINYA BEGINI DAN BEGINI”, dengan maksud menghina dan mendustakan Nabi SAW (seolah-olah mereka tahu waktu Nabi SAW membuat perjanjian itu – pen.) dan seterusnya masih banyk lagi nada-nada yang serupa yang dia ucapkan, sehingga para pengikutnya pun melakukan seperti apa yang dilakukannya dan berkata seperti apa yang diucapkannya itu. Sehingga ada sebagian pengikutnya yang berkata :

“SESUNGGUHNYA TONGKATKU INI LEBIH BERGUNA DARIPADA MUHAMMAD, KARENA TONGKATKU INI BISA AKU PAKAI UNTUK MEMUKUL ULAR, SEDANG MUHAMMAD SETELAH MATI TIDAK ADA SEDIKITPUN KEMANFA’ATAN YANG TERSISA DARINYA, KARENA DIA (RASULULLAH S.A.W) ADALAH SEORANG THORISY DAN SEKARANG SUDAH BERLALU”.

Sebagian ulama’ yang menyusun buku guna menolak faham ini mengatakan bahwa ucapan-ucapan seperti itu adalah “KUFUR” menurut ke empat madzhab, bahkan kufur menurut pandangan seluruh para ahli Islam.

Peringatan...!!!
Berhati-hatilah dengan fitnah yang dihembuskan oleh orang-orang Wahabi kepada al-Allamah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Mereka menuduh al-`Allamah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sebagai tukang buat fitnah, rafidhi dan lain-lain lagi. Na’udzu billah ming Dzalik Apa yang mereka lakukan merupakan jarum halus musuh untuk menghancurkan kebenaran. Tujuan mereka menghembuskan fitnah atas al-A`llamah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan al-Hasany adalah semata-mata untuk meruntuhkan sanad keilmuan dan pengetahuan para ulama kita bahkan ulama seluruh dunia, agar kebathilan mereka [Wahabi] diterima. Apakah terbesit kita mengatakan para ulama kita seperti Syeikh Nawawi al-Bantani, syeikh Hasyim Asy’ari, Syeikh Muhammad Kholil ( Mbah Khalil ), Sayyid Utsman bin Yahya, Syeikh Utsman Sarawak, Syeikh Abdul Wahab Rokan, Syeikh Abdul Qadir al-Fathoni Syeikh Ahmad al-Fathoni, dan lain-lainnya itu berguru kepada seorang tukang fitnah. Ingatlah dan renungkan dalam hati sanubari kita, apa jasa Muhammad bin Abdul Wahhab dengan kita atau dengan nenek datuk kita dibandingkan dengan jasa Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dan para ulama nuslantara kita terdahulu.

Katakan TIDAK kepada Wahabi.!!!!
Dan kami mohon bagi para pembaca tidak lupa bacakan Fatihah buat Sayyid Ahmad Zaini Dahlan…..Alfatihata Hadiyatan Ila Hadhroti Nabiyil karim Saw. wa a`la aalihi waashabihi ajmain sholawatullohi wassalamuhu alaihim ajmain, tsuma Hadiyatan ila Ruhi sayyidi Ahmad bin Zaini Dahlan Wajalhu FiQobrihi nuron waungsaw wahijabam minannar bilbarokaatil Fatihah.....

Sabtu, 15 September 2012

WAHABI MEROMBAK KITAB AL WASHIYYAH KARYA IMAM ABU HANIFAH




Kejahatan WAHABI Di Depan Mata, Mereka Merombak Kitab al Washiyyah Karya Imam Abu Hanifah Terang-terangan... Perhatikan..!!!

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kitab berjudul al Washiyyah adalah karya Imam besar, Abu Hanifah an Nu'man ibn Tsabit al Kufiyy (w 150 H), Imam Madzhab Hanafi.

Tradisi buruk kaum Musyabbihah dalam merombak karya para ulama Ahlussunnah terus turun-temurun dan berlangsung hingga sekarang. Kaum Wahhabiyyah di masa sekarang, yang notabene kaum Musyabbihah juga telah melakukan perubahan yang sangat fatal dalam salah satu karya al-Imâm Abu Hanifah berjudul al-Washiyyah. Dalam risalah al-Washiyyah yang merupakan risalah akidah Ahlussunnah, al-Imâm Abu Hanifah menuslikan:

استوى على العرش من غير أن يكون احتياج إليه واستقرار عليه

(Artinya; Dia Allah Istawâ atas arsy dari tanpa membutuhkan kepada arsy itu sendiri dan tanpa bertempat di atasnya).

Perhatikan manuskrip kitab al Washiyyah pada gambar bagian atas..!!!

Namun dalam cetakan kaum Wahabi tulisan Imam Abu Hanifah tersebut dirubah menjadi:

استوى على العرش من غير أن يكون احتياج إليه واستقر عليه

Maknanya berubah total menjadi: ”Dia Allah Istawâ atas arsy dari tanpa membutuhkan kepada arsy, dan Dia bertempat di atasnya”.

Anda perhatikan dengan seksama cetakan kaum Wahabi pada gambar bagian bawah !!!

Padahal, sama sekali tidak bisa diterima oleh akal sehat, mengatakan bahwa Allah tidak membutuhkan kepada arsy, namun pada saat yang sama juga mengatakan bahwa Allah bertempat di atas arsy.

Yang paling mengherankan ialah bahwa dalam buku cetakan mereka ini, manuskrip risalah al-Imâm Abu Hanifah tersebut mereka sertakan pula. Dengan demikian, baik disadari oleh mereka atau tanpa disadari, mereka sendiri yang telah membuka ”kedok” dan “kejahatan besar” yang ada pada diri mereka, karena bagi yang membaca buku ini akan melihat dengan sangat jelas kejahatan tersebut.

Anda tidak perlu bertanya di mana amanat ilmiah mereka? Di mana akal sehat mereka? Dan kenapa mereka melakukan ini? Karena sebenarnya itulah tradisi mereka. Bahkan sebagian kaum Musyabbihah mengatakan bahwa berbohong itu dihalalkan jika untuk tujuan mengajarkan akidah tasybîh mereka. A’ûdzu Billâh. Inilah tradisi dan ajaran yang mereka warisi dari “Imam” mereka, “Syaikh al-Islâm” mereka; yaitu Ahmad ibn Taimiyah, seorang yang seringkali ketika mengungkapkan kesesatan-kesesatannya lalu ia akan mengatakan bahwa hal itu semua memiliki dalil dan dasar dari atsar-atsar para ulama Salaf saleh terdahulu, padahal sama sekali tidak ada.

Misalkan ketika Ibn Taimiyah menuliskan bahwa “Jenis alam ini Qadim; tidak memiliki permulaan”, atau ketika menuliskan bahwa “Neraka akan punah”, atau menurutnya “Perjalanan (as-Safar) untuk ziarah ke makam Rasulullah di Madinah adalah perjalanan maksiat”, atau menurutnya “Allah memiliki bentuk dan ukuran”, serta berbagai kesesatan lainnya, ia mengatakan bahwa keyakinan itu semua memiliki dasar dalam Islam, atau ia berkata bahwa perkara itu semua memiliki atsar dari para ulama Salaf saleh terdahulu, baik dari kalangan sahabat maupun dari kalangan tabi’in, padahal itu semua adalah bohong besar. Kebiasaan Ibn Taimiyah ini sebagaimana dinyatakan oleh muridnya sendiri; adz-Dzahabi dalam dua risalah yang ia tulisnya sebagai nasehat atas Ibn Taimiyah, yang pertama an-Nashîhah adz-Dzhabiyyah dan yang kedua Bayân Zaghl al-‘Ilm Wa ath-Thalab.

Sesungguhnya memang seorang yang tidak memiliki senjata argumen, ia akan berkata apapun untuk menguatkan keyakinan yang ia milikinya, termasuk melakukan kebohongan-kebohongan kepada para ulama terkemuka. Inilah tradisi ahli bid’ah, untuk menguatkan bid’ahnya, mereka akan berkata: al-Imam Malik berkata demikian, atau al-Imam Abu Hanifah berkata demikian, dan seterusnya. Padahal sama sekali perkataan mereka adalah kedustaan belaka.

Dalam al-Fiqh al-Akbar, al-Imam Abu Hanifah menuliskan sebagai berikut :

“Dan sesungguhnya Allah itu satu bukan dari segi hitungan, tapi dari segi bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, tidak ada suatu apapun yang meyerupai-Nya. Dia bukan benda, dan tidak disifati dengan sifat-sifat benda. Dia tidak memiliki batasan (tidak memiliki bentuk; artinya bukan benda), Dia tidak memiliki keserupaan, Dia tidak ada yang dapat menentang-Nya, Dia tidak ada yang sama dengan-Nya, Dia tidak menyerupai suatu apapun dari makhluk-Nya, dan tidak ada suatu apapun dari makhluk-Nya yang menyerupainya” (Lihat al-Fiqh al-Akbar dengan Syarh-nya karya Mulla ‘Ali al-Qari’, h. 30-31).

Masih dalam al-Fiqh al-Akbar, Al-Imam Abu Hanifah juga menuliskan sebagai berikut :

وَاللهُ تَعَالى يُرَى فِي الآخِرَة، وَيَرَاهُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَهُمْ فِي الْجَنّةِ بِأعْيُنِ رُؤُوسِهِمْ بلاَ تَشْبِيْهٍ وَلاَ كَمِّيَّةٍ وَلاَ يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ خَلْقِهِ مَسَافَة.

“Dan kelak orang-orang mukmin di surga nanti akan melihat Allah dengan mata kepala mereka sendiri. Mereka melihat-Nya tanpa adanya keserupaan (tasybih), tanpa sifat-sifat benda (Kayfiyyah), tanpa bentuk (kammiyyah), serta tanpa adanya jarak antara Allah dan orang-orang mukmin tersebut (artinya bahwa Allah ada tanpa tempat, tidak di dalam atau di luar surga, tidak di atas, bawah, belakang, depan, samping kanan atau-pun samping kiri)”” ( Lihat al-Fiqh al-Akbar dengan syarah Syekh Mulla Ali al-Qari, h. 136-137).

Pernyataan al-Imam Abu Hanifah ini sangat jelas dalam menetapkan kesucian tauhid. Artinya, kelak orang-orang mukmin disurga akan langsung melihat Allah dengan mata kepala mereka masing-masing. Orang-orang mukmin tersebut di dalam surga, namun Allah bukan berarti di dalam surga. Allah tidak boleh dikatakan bagi-Nya “di dalam” atau “di luar”. Dia bukan benda, Dia ada tanpa tempat dan tanpa arah. Inilah yang dimaksud oleh Al-Imam Abu Hanifah bahwa orang-orang mukmin akan melihat Allah tanpa tasybih, tanpa Kayfiyyah, dan tanpa kammiyyah.

Pada bagian lain dari Syarh al-Fiqh al-Akbar, yang juga dikutip dalam al-Washiyyah, al-Imam Abu Hanifah berkata:

ولقاء الله تعالى لأهل الجنة بلا كيف ولا تشبيه ولا جهة حق

“Bertemu dengan Allah bagi penduduk surga adalah kebenaran. Hal itu tanpa dengan Kayfiyyah, dan tanpa tasybih, dan juga tanpa arah” (al-Fiqh al-Akbar dengan Syarah Mulla ‘Ali al-Qari’, h. 138).

Kemudian pada bagian lain dari al-Washiyyah, beliau menuliskan:

وَنُقِرّ بِأنّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى مِنْ غَيْرِ أنْ يَكُوْنَ لَهُ حَاجَةٌ إليْهِ وَاسْتِقْرَارٌ عَلَيْهِ، وَهُوَ حَافِظُ العَرْشِ وَغَيْرِ العَرْشِ مِنْ غَبْرِ احْتِيَاجٍ، فَلَوْ كَانَ مُحْتَاجًا لَمَا قَدَرَ عَلَى إيْجَادِ العَالَمِ وَتَدْبِيْرِهِ كَالْمَخْلُوقِيْنَ، وَلَوْ كَانَ مُحْتَاجًا إلَى الجُلُوْسِ وَالقَرَارِ فَقَبْلَ خَلْقِ العَرْشِ أيْنَ كَانَ الله، تَعَالَى اللهُ عَنْ ذَلِكَ عُلُوّا كَبِيْرًا.

“Kita menetapkan sifat Istiwa bagi Allah pada arsy, bukan dalam pengertian Dia membutuhkan kepada arsy tersebut, juga bukan dalam pengertian bahwa Dia bertempat atau bersemayam di arsy. Allah yang memelihara arsy dan memelihara selain arsy, maka Dia tidak membutuhkan kepada makhluk-makhluk-Nya tersebut. Karena jika Allah membutuhkan kapada makhluk-Nya maka berarti Dia tidak mampu untuk menciptakan alam ini dan mengaturnya. Dan jika Dia tidak mampu atau lemah maka berarti sama dengan makhluk-Nya sendiri. Dengan demikian jika Allah membutuhkan untuk duduk atau bertempat di atas arsy, lalu sebelum menciptakan arsy dimanakah Ia? (Artinya, jika sebelum menciptakan arsy Dia tanpa tempat, dan setelah menciptakan arsy Dia berada di atasnya, berarti Dia berubah, sementara perubahan adalah tanda makhluk). Allah maha suci dari pada itu semua dengan kesucian yang agung” (Lihat al-Washiyyah dalam kumpulan risalah-risalah Imam Abu Hanifah tahqiq Muhammad Zahid al-Kautsari, h. 2. juga dikutip oleh Mullah Ali al-Qari dalam Syarh al-Fiqhul Akbar, h. 70).

Dalam al-Fiqh al-Absath, al-Imam Abu Hanifah menuliskan:

قُلْتُ: أرَأيْتَ لَوْ قِيْلَ أيْنَ اللهُ؟ يُقَالُ لَهُ: كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلاَ مَكَانَ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ، وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أيْن وَلاَ خَلْقٌ وَلاَ شَىءٌ، وَهُوَ خَالِقُ كُلّ شَىءٍ.

“Aku katakan: Tahukah engkau jika ada orang berkata: Di manakah Allah? Jawab: Dia Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada. Allah ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan sebelum segala suatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta segala sesuatu” (Lihat al-Fiqh al-Absath karya al-Imam Abu Hanifah dalam kumpulan risalah-risalahnya dengan tahqiq Muhammad Zahid al-Kautsari, h. 20).

Pada bagian lain dalam kitab al-Fiqh al-Absath, al-Imam Abu Hanifah menuliskan:

“Allah ada tanpa permulaan (Azali, Qadim) dan tanpa tempat. Dia ada sebelum menciptakan apapun dari makhluk-Nya. Dia ada sebelum ada tempat, Dia ada sebelum ada makhluk, Dia ada sebelum ada segala sesuatu, dan Dialah pencipta segala sesuatu. Maka barangsiapa berkata saya tidak tahu Tuhanku (Allah) apakah Ia di langit atau di bumi?, maka orang ini telah menjadi kafir. Demikian pula menjadi kafir seorang yang berkata: Allah bertempat di arsy, tapi saya tidak tahu apakah arsy itu di bumi atau di langit” (al-Fiqh al-Absath, h. 57).

Wa Allah A'lam Bish Shawab,.....

Wal Hamdu Lillah Rabb al Alamin,......

Jumat, 14 September 2012

ULAMA WAHABI MEMBOLEHKAN MANUSIA MENIKAH DENGAN JIN



عن جابر بن عبد اللّه أن رسول اللّه صلى الله عليه وسلم قال: "كان النبي يبعث إلى خاصة قومه وبعثت أنا إلى الجن والإنس".


Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Para Nabi terdahulu diutus khusus untuk kaumnya sendiri, dan aku diutus untuk bangsa jin dan manusia.”

Ada satu pertanyaan buat ikhwan wa akhwat semua, 'Bolehkan manusia menikahi bangsa jin ?’

Baiklah ulama manakah yang membolehkan manusia menikah dengan bangsa jin. Dalam situs: http://www.roqyati.com/vb/showthread.php?t=347 dijelaskan sebagai berikut :

ولشيخ الإسلام ابن تيمية -رحمه الله- رسالة بعنوان «إيضاح الدلالة في عموم الرسالة» بمعنى أن النبي -صلى الله عليه وعلى آله وسلم- رسول إلى الجن والإنس.

ويجوز أن يتلبس الجني بالإنسي، وهذا كما يقول شيخ الإسلام ابن تيمية في «إيضاح الدلالة»: لو لم يرد دليل لما كان لنا أن ننكره، لأن الإنكار يخالف الواقع، ويخالف الدليل.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Pernikahan antara manusia dengan jin memang ada dan dapat menghasilkan anak. Peristiwa ini sering terjadi dan populer. Para ulama pun telah menyebutkannya. Namun kebanyakan para ulama tidak menyukai pernikahan dengan jin.” (Idhahu Ad-Dilalah hal. 16)

Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu mengatakan: “Para ulama telah berselisih pendapat tentang perkara ini sebagaimana dalam kitab Hayatul Hayawan karya Ad-Dimyari. Namun menurutku, hal itu diperbolehkan, yakni laki-laki yang muslim menikahi jin wanita yang muslimah.

…………jika seorang laki-laki dari kalangan manusia menikah dengan seorang perempuan dari kalangan jin, maka kita tidak memiliki alasan dari syariat yang dapat mencegahnya. Demikian juga sebaliknya. Hanya saja Al-Imam Malik rahimahullahu tidak menyukai bila seorang wanita terlihat dalam keadaan hamil, lalu dia ditanya: “Siapa suamimu?” Dia menjawab: “Suamiku dari jenis jin.”

Saya (Asy-Syaikh Muqbil) katakan: “Memungkinkan sekali fenomena yang seperti ini membuka peluang terjadinya perzinaan dan kenistaan.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Di antara ulama yang berpendapat terlarangnya menikah dengan jin adalah Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi rahimahullahu. Beliau mengatakan: “Saya tidak mengetahui dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adanya dalil yang menunjukkan bolehnya pernikahan antara manusia dan jin. ” (Adhwa`ul Bayan, 3/321)

Badruddin Asy-Syibli dalam bukunya Akamul Mirjan mengemukakan bahwa sekelompok tabi’in membenci pernikahan jin dengan manusia. Di antara mereka adalah Al-Hasan, Qatadah, Az-Zuhri, Hajjaj bin Arthah, demikian pula sejumlah ulama Hanafiyah.
 
Wallahu a’lam bish-Shawab........

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...