Bagaimana
jika seandainya bangsa Indonesia di awal masuknya Islam, para da’inya
bukan dari kalangan wali songo, melainkan dari kalangan salafi wahhabi???
Maka niscaya sedikit sekali orang yang masuk Islam. Atau Islam akan
dikenal ekstrem, radikal atau mungkin Islam tak akan dikenal hingga saat
ini oleh bangsa Indonesia. Kenapa?
Karena sudah pasti salafi
wahhabi tidak akan mentolerir budaya apa saja yang ada dan berkembang
saat itu! Mereka tidak akan bisa menghargai budaya bangsa bahkan akan
memaksa membumi-hanguskannya.
Justru yang sering kita dengar
adalah dakwah Salafi Wahabi selalu berseru lantang
memusyrik-musyrikkan orang-orang yang sudah jelas-jelas beragama Islam.
Masyarakat beragama Islam yang sedang berziarah kubur mengikuti Sunnah
Nabi Saw disebut-sebut oleh Salafi Wahabi sebagai Penyembah Kuburan,
na’udzu billah min dzaalik! Salafi Wahabi mengaku sebagai satu-satunya
pengikut Sunnah Nabi tapi Sinis dan benci dengan Ziarah Kubur, padahal
Ziarah Kubur adalah Sunnah Nabi Saw.
Salafi Wahabi tidak
punya methode berdakwah di tengah Ummat non Islam, jadi kesimpulannya
mereka tidak akan sanggup berdakwah di tengah masyarakat non Islam.
Missi dan visi Salafi Wahabi berdakwah bukan mengajak orang-orang non
Islam masuk Islam, tetapi missinya adalah membuat onar dengan menebar
isu-isu bid’ah, isu-isu kekafiran dan isu-isu kemusyrikan di tengah
Ummat Islam sendiri. Nah, kira-kira siapa gerangan dalang di balik layar
dakwah Salafi Wahabi?
Sangat berbeda dengan manhaj suci wali sanga
dalam berdakwah di Indonesia ini. Mereka lebih mengedepankan nilai-nilai
santun dan penuh etika menghadapi berbagai macam karakter dan budaya
yang ada bagi bangsa Indonesia.
Sebagaimana kearifan dan
kecerdikan wali sanga yang dalam dakwahnya bisa memposisikan budaya
sebagai jembatan dakwah, sehingga mampu membumikan ajaran-ajarannya di
hamparan bumi Nusantara sampai dewasa ini.
Renungkanlah hadits-hadits berikut ini :
- Nabi Saw bersabda :
انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاك
“Sesunngguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia”. (HR. Baihaqi)
Dalam hadits tersebut Nabi Saw menegaskan untuk menyempurnakan akhlak
karimah yang juga berarti budaya, tradisi dan adat masyarakat. Bukan
malah melenyapkannya!
- Nabi Saw juga bersabda :
اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة وخالق الناس بخلق حسن
“Bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada, susullah kejelakan
dengan kebajikan yang biasa meleburnya dan berperilakulah kepada orang
lain dengan perilaku yang baik.” (HR. Turmudzi dan Hakim)
Apakah yang dimaksud dengan perilaku yang baik? Sayyidina Ali bin Abi
Tholib saat ditanya tentang maksud perilaku yang baik dalam hadits
tersebut, belai menjawab :
هو موافقة الناس في كل شيء ماعداامعاصي
“(Makasud perilaku yang baik tersebut) adalah beradaptasi dengan masyarakat dalam setiap hal selama bukan maksyia “.
Kemudian populer menjadi peribahasa :
لولا الوئام لهلك الانام
“Andaikan tidak ada adaptasi (dalam pergaulan) niscaya manusia akan sirna!”.
Maka jelas, bahwa ajaran Islam mesti disampaikan dengan santun dan
menghargai budaya. Nilai-nilai toleransi, adaptasi dan pembauran pada
budaya dengan sendirinya akan membuat masyarakat mencintainya. Namun
perlu diingat pesan Sayyidina Ali: ”Maa ‘adal ma’ashi.” yaitu budaya
atau tradisi yang bukan maksyiat. Artinya budaya atau tradisi yang bisa
ditoleransi dan dimaklumi adalah yang tidak bertentangan dengan fitrah
manusia sendiri dan tidak bersebrangan dengan nilai-nilai agama.
Inilah manhaj dakwah nubuwwah secara estafet telah diterapkan dan
diteruskan dari zaman ke zaman oleh para ulama kita hingga zaman wali
sanga dan akan terus dilanjut oleh para ulama Ahlus sunnah waljama’ah
hingga akhir zaman. Dakwah kasih sayang, santun, penuh rahmat yang
menjadi satu-satunya tujuan kerasulan nabi Muhammad Saw. Sebagaimana
telah diisyaratkan oleh Allah Swt dalam Al-Quran :
وما ارسلناك الا رحمةللعالمين
” Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam “. (QS. Al-Anbiya : 107)
Inilah manhaj nubuwwah, manhaj salaf Ahlus sunnah waljama’ah yang telah
diterapkan oleh mayoritas ulama dan umat muslim sedunia. Dan inilah
janji Nabi Saw :
لايجمع امتي على ضلالة ابدا ويدالله على الجماعة
“Allah tidak akan mengumpulkan umatku dalam kesesatan selamanya. Sememntara itu kekuasaan Allah Swt berada pada Jama’ah”.
Maka kita tanyakan kepada salafi wahhabi, manhaj siapakah yang kalian ikuti?
Allah telah memperingatkan dalam Al-Quran :
ومن يشاقق الرسول من بعد ماتبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ماتولى ونصله جهنم وسائت مصيرا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, maka kami
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan
Kami masukkan ia ke dalam jahannam. Dan jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali “. (QS. An-Nisa : 115)
Posted in: TENTANG WAHABI
0 komentar:
Posting Komentar