Tugas kita dalam hidup ini sebenarnya hanya dua, yakni doa dan
ikhtiar. Doa memohon petunjuk dan pertolongan Allah SWT, khususnya agar
mampu menjalani hidup dengan benar agar diridhai-Nya, dan ikhtiar atau
berusaha seoptimal mungkin sesuai dengan tuntutan dan tuntunan-Nya.
Setelah keduanya kita laksanakan, kita tinggal berserah diri kepada-Nya (tawakal). Dengan cara itu, apa pun hasil doa dan usaha itu, akan dapat kita terima dengan ikhlas dan menganggap apa yang terjadi pada diri kita merupakan hal terbaik yang Allah SWT berikan.
Ikhlas menerima apa pun kehendak dan keputusan Allah SWT merupakan sumber ketenangan jiwa sekaligus kebahagiaan. Dipastikan, para caleg yang stres dan depresi, bahkan gila hingga bunuh diri (na’udzubillah), itu karena tidak melalui tiga tahapan tadi –doa, ikhtiar, dan tawakal, atau minimal tidak melakukan hal ketiga, tawakal.
Bisa jadi pula, mereka berdoa dan ikhtiarnya tidak benar, tidak ikhlas lillahi ta’ala. Akibatnya, keputusan Allah yang menimpa dirinya (tidak terpilih) tidak disikapi dengan ikhlas pula alias tawakal sehingga merasa stres dan lain-lain.
Allah SWT pasti memberikan yang terbaik buat kita. Dialah yang paling tahu apa yang cocok, pas, atau sesuai buat diri kita. Oleh karenanya, apa pun keputusan Allah SWT setelah kita berdoa dan ikhtiar, adalah yang terbaik dan pasti ada hikmah di baliknya.
Kadang yang kita tidak sukai, justru itu yang terbaik bagi kita. Sebaliknya, yang kita sukai, justru buruk bagi kita. Kita benci kekalahan. Bisa jadi, kekalahan dalam sebuah kompetisi, itu terbaik bagi kita. Bisa jadi, kalau kita menang, justru buruk bagi kehidupan kita.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 2: 216)
Allah SWT juga menyatakan, Dia tidak akan membebani seorang hamba melebihi kemampuan si hamba untuk menanggungnya. Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha, laha maa kasabat wa’alaihaa maktasabat.
Ketika sebuah keinginan kita tidak tercapai, Allah pasti membukakan pintu atau kesempatan lain. Lagi-lagi, tugas kita adalah berdoa dan ikhtiar dengan ikhlas dan sesuai dengan ketentuan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya. Pepatah bijak mengatakan, “Ketika sebuah pintu tertutup, seringkali kita terpaku pada pintu yang tertutup itu, sehingga lupa akan pintu lainnya yang terbuka.”
Menurut para ulama, doa merupakan gambaran kedekatan hamba dengan Allah Swt dan pembuktian keyakinan hanya Allah tempat bergantung. Orang yang tidak berdoa, dipandang sombong. Allah SWT memerintahkan kita untuk berdo’a kepada-Nya.
”Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS Al Mu’min [40] : 60).
Agar do’a dikabulkan oleh Allah SWT , ada syarat-syarat yang harus dipehuhi, antara lain keimanan, keikhlasan, dan tidak melanggar larangan-Nya. Menaati perintah-Nya akan mengundang kasih-sayang-Nya. Jika kita sudah dikiasihi-Nya, maka apa pun yang kita minta, akan dikabulkan.
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah [2] : 186).
Doa terbaik adalah shalat. Nyaris semua bacaan shakat berisi doa. Dalam Surat Al-Fatihah, kita minta petunjuk Allah SWT. Dalam bacaan lainnya, kita banyak berdoa, mulai minta ampunan, rahmat, rezeki, dijauhkan dari marabahaya, hingga mendoakan sesama Muslim saat mengucapkan salam sebagai penutup shalat.
Setiap aktivitas kita sehari-hari hendaknya di mulai dengan do’a. Mulai saat bangun tidur hingga tidur lagi. Dengan memulai do’a dalam setiap aktivitas, kita akan merasakan kedekatan dengan Allah SWT dan yakin bahwa Dia akan selalu menyertai kita.
Namun, doa saja belum cukup, meski doa adalah senjata kaum beriman dan kaum lemah. Bahkan, doa orang yang dizhalimi pasti dikabulkan Allah SWT.
Selain, berdo’a, kita diharuskan berusaha, ikhtiar yang gigih, tanpa kenal lelah dan putus asa. Jangan lupa, dalam ikhtiar, tidak boleh melakukan hal yang dilarang (haram), seperti suap, korupsi, dengki, dan sebagainya. Setelah itu, kita wajib bertawakal kepada Allah SWT
“Berusahalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat usahamu” (Q.S. At-Taubah 9:105)
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’du 13: 11)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh maka pahalanya untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka dosanya atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Fushshilat 41: 46).
Kalau sudah berikhtiar dan berdoa ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang kita harapkan, yakinlah bahwa di balik semua kegagalan pasti ada hikmah yang lebih baik. Boleh jadi kita membenci sesuatu, namun di balik itu ada hikmah kebaikan.
Sebaliknya, boleh jadi kita menyukai sesuatu, namun di balik itu ada keburukan. Karenanya, kita harus selalu berprasangka baik pada Allah SWT, bahwa Allah SWT hanya akan memberikan yang terbaik untuk kita.
Siap menerima hasil apa pun setelah kita berdoa dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh. Inilah yang disebut percaya kepada takdir Allah yang baik ataupun yang buruk. Percaya kepada takdir, sebagai bagian dari Rukun Iman, akan melahirkan jiwa syukur saat kita sukses dan akan bersabar saat kita mengalami kegagalan atau musibah. Wallahu a’lam bisshawab.
Setelah keduanya kita laksanakan, kita tinggal berserah diri kepada-Nya (tawakal). Dengan cara itu, apa pun hasil doa dan usaha itu, akan dapat kita terima dengan ikhlas dan menganggap apa yang terjadi pada diri kita merupakan hal terbaik yang Allah SWT berikan.
Ikhlas menerima apa pun kehendak dan keputusan Allah SWT merupakan sumber ketenangan jiwa sekaligus kebahagiaan. Dipastikan, para caleg yang stres dan depresi, bahkan gila hingga bunuh diri (na’udzubillah), itu karena tidak melalui tiga tahapan tadi –doa, ikhtiar, dan tawakal, atau minimal tidak melakukan hal ketiga, tawakal.
Bisa jadi pula, mereka berdoa dan ikhtiarnya tidak benar, tidak ikhlas lillahi ta’ala. Akibatnya, keputusan Allah yang menimpa dirinya (tidak terpilih) tidak disikapi dengan ikhlas pula alias tawakal sehingga merasa stres dan lain-lain.
Allah SWT pasti memberikan yang terbaik buat kita. Dialah yang paling tahu apa yang cocok, pas, atau sesuai buat diri kita. Oleh karenanya, apa pun keputusan Allah SWT setelah kita berdoa dan ikhtiar, adalah yang terbaik dan pasti ada hikmah di baliknya.
Kadang yang kita tidak sukai, justru itu yang terbaik bagi kita. Sebaliknya, yang kita sukai, justru buruk bagi kita. Kita benci kekalahan. Bisa jadi, kekalahan dalam sebuah kompetisi, itu terbaik bagi kita. Bisa jadi, kalau kita menang, justru buruk bagi kehidupan kita.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 2: 216)
Allah SWT juga menyatakan, Dia tidak akan membebani seorang hamba melebihi kemampuan si hamba untuk menanggungnya. Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha, laha maa kasabat wa’alaihaa maktasabat.
Ketika sebuah keinginan kita tidak tercapai, Allah pasti membukakan pintu atau kesempatan lain. Lagi-lagi, tugas kita adalah berdoa dan ikhtiar dengan ikhlas dan sesuai dengan ketentuan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya. Pepatah bijak mengatakan, “Ketika sebuah pintu tertutup, seringkali kita terpaku pada pintu yang tertutup itu, sehingga lupa akan pintu lainnya yang terbuka.”
Menurut para ulama, doa merupakan gambaran kedekatan hamba dengan Allah Swt dan pembuktian keyakinan hanya Allah tempat bergantung. Orang yang tidak berdoa, dipandang sombong. Allah SWT memerintahkan kita untuk berdo’a kepada-Nya.
”Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS Al Mu’min [40] : 60).
Agar do’a dikabulkan oleh Allah SWT , ada syarat-syarat yang harus dipehuhi, antara lain keimanan, keikhlasan, dan tidak melanggar larangan-Nya. Menaati perintah-Nya akan mengundang kasih-sayang-Nya. Jika kita sudah dikiasihi-Nya, maka apa pun yang kita minta, akan dikabulkan.
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah [2] : 186).
Doa terbaik adalah shalat. Nyaris semua bacaan shakat berisi doa. Dalam Surat Al-Fatihah, kita minta petunjuk Allah SWT. Dalam bacaan lainnya, kita banyak berdoa, mulai minta ampunan, rahmat, rezeki, dijauhkan dari marabahaya, hingga mendoakan sesama Muslim saat mengucapkan salam sebagai penutup shalat.
Setiap aktivitas kita sehari-hari hendaknya di mulai dengan do’a. Mulai saat bangun tidur hingga tidur lagi. Dengan memulai do’a dalam setiap aktivitas, kita akan merasakan kedekatan dengan Allah SWT dan yakin bahwa Dia akan selalu menyertai kita.
Namun, doa saja belum cukup, meski doa adalah senjata kaum beriman dan kaum lemah. Bahkan, doa orang yang dizhalimi pasti dikabulkan Allah SWT.
Selain, berdo’a, kita diharuskan berusaha, ikhtiar yang gigih, tanpa kenal lelah dan putus asa. Jangan lupa, dalam ikhtiar, tidak boleh melakukan hal yang dilarang (haram), seperti suap, korupsi, dengki, dan sebagainya. Setelah itu, kita wajib bertawakal kepada Allah SWT
“Berusahalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat usahamu” (Q.S. At-Taubah 9:105)
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’du 13: 11)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh maka pahalanya untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka dosanya atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Fushshilat 41: 46).
Kalau sudah berikhtiar dan berdoa ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang kita harapkan, yakinlah bahwa di balik semua kegagalan pasti ada hikmah yang lebih baik. Boleh jadi kita membenci sesuatu, namun di balik itu ada hikmah kebaikan.
Sebaliknya, boleh jadi kita menyukai sesuatu, namun di balik itu ada keburukan. Karenanya, kita harus selalu berprasangka baik pada Allah SWT, bahwa Allah SWT hanya akan memberikan yang terbaik untuk kita.
Siap menerima hasil apa pun setelah kita berdoa dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh. Inilah yang disebut percaya kepada takdir Allah yang baik ataupun yang buruk. Percaya kepada takdir, sebagai bagian dari Rukun Iman, akan melahirkan jiwa syukur saat kita sukses dan akan bersabar saat kita mengalami kegagalan atau musibah. Wallahu a’lam bisshawab.
0 komentar:
Posting Komentar