Letak kemuliaan seseorang bukanlah pada harta ataupun jabatan
sebagaimana sebagian manusia senantiasa menjadikan keduanya sebagai
barometer. Namun sesungguhnya kemulian seseorang terletak pada hatinya!
Apapun keadaan orang tersebut, baik kaya atau miskin, punya jabatan atau
tidak, tak menjadi sebab bagi kita dalam memuliakan dirinya.
Rosulullah shollallohu 'alaihi wasalam menegaskan dalam hadisnya, “Bukanlah disebut saudagar bagi
orang yang mempunyai harta banyak. Tetapi saudagar adalah orang yang
berhati dan berjiwa lapang dan dipenuhi izzah (kemuliaan).
Si kaya akan menjadi mulia apabila senantiasa menghormati si miskin
serta menyantuni mereka sebelum mereka memintanya. Sebaliknya, si miskin
menjadi mulia apabila tangannya terasa berat untuk meminta kepada orang
lain. Al Imam Alwi bin Faqihil Muqoddam dalam syairnya mengatakan,
“Apabila kau menemui saudagar atau pejabat di depan pintu si miskin,
maka merekalah paling mulianya saudagar atau pejabat. Begitu pula si
miskin adalah paling mulianya orang miskin.” Karena hal ini menunjukkan
bahwa para saudagar tak lupa untuk menyantuni si miskin dan si miskin
pun mempunyai izzah hingga merasa malu untuk datang meminta ke rumah si
kaya.
Beliau melanjutkan tuturannya, “Apabila kau menemui si miskin di
pintu-pintu si kaya, saudagar atau pejabat, maka merekalah
seburuk-buruknya orang kaya dan orang miskin.” Karena hal ini
menunjukkan bahwa para saudagar telah lalai dalam memperhatikan
kebutuhan wong cilik (tafaqqud ahwalil masakin) dan si miskin pun tak
mempunyai izzah dan perasaan malu untuk meminta.
Namun orang di zaman sekarang sudah terbalik. Telah menjadi sebuah
aib bagi si kaya untuk mendatangi rumah si miskin dan justru menjadi
kebanggaan apabila rumahnya disesaki para fuqoro. Merekapun merasa
enggan untuk menghadiri undangan si miskin dan merasa risih jika
undangannya dihadiri oleh si miskin. Begitu pula si miskin telah
menjadikan meminta-minta di jalanan sebagai profesi tanpa ada rasa malu
sedikitpun.
Alhasil, apa yang diungkapkan oleh Sayyidina Alwi tersebut singkat
tapi betul-betul menjadi suatu ukuran / kaidah tentang mulia tidaknya
suatu masyarakat / golongan. Semoga kita termasuk golongan orang-orang mulia tersebut di dunia dan akherat, Amiiin......
Salam santun ukhuwah......
0 komentar:
Posting Komentar