English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ Belajar Dan Berbagi Ilmu Serta Nasehat Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
free counters

Rabu, 18 Januari 2012

KERUKUNAN DALAM SHOLAT

Dalam banyak riwayat digambarkan bahwa Rosululloh  SAW selalu memelihara sholat secara berjamaah. Sepanjang melaksanakan sholat, mereka menjalin hubungan mesra, bukan saja dengan Alloh (hablum minalloh), melainkan juga dengan sesama manusia (hablum minan-nas).

Keseluruhan gerakannya mengilustrasikan persamaan dan kesetaraan, sekaligus mengikat kuat kebersamaan dan kedekatan satu sama lain. Dalam suasana batin yang tulus, jasad yang bersih, tak ada kata yang terucap kecuali mengagungkan Alloh SWT. Setelah seorang imam menutup surat al-Fatihah, jamaah pun menjawab, "amin".

Dalam sholat, mereka menyamakan persepsi, sikap, dan bahkan perilaku. Lihatlah, ketika waktu sholat tiba, mereka menghentikan sementara seluruh aktivitas yang tengah dilakukannya. Mereka bergegas mendatangi rumah-rumah Alloh dan bertasbih menghormati tempat suci itu. Semua berbaris rapi, mengikuti isyarat yang sama untuk melakukan gerakan yang sama pula.

Keseluruhan perasaannya tercurah total kepada Sang Pencipta. Di pengujung sholat, semua serempak menebar keselamatan, "Assalamu'alaikum", sebagai wujud penghambaan kepada-Nya dan penghormatan kepada sesamanya. Inilah wujud kebersamaan yang dibangun di atas nilai-nilai religiusitas keislaman. Pada kesempatan itulah Rosululloh SAW memelihara kerukunan dengan para sahabat. Nasihat-nasihatnya disampaikan untuk mempertebal keyakinan dalam berkhidmat pada kepentingan ajaran. Mengalirlah kata-kata hikmah dari seorang Nabi pilihan Alloh, "Bangun keakraban di antara sesama". Kini, pemandangan sejarah itu semakin kabur, suasana rukun pelan-pelan lenyap. Rosululloh pun melihat pemandangan akhir zaman itu dalam suasana perih. Seolah tak sanggup menyaksikan kenyataan porak-porandanya umat, terpecah-pecah kepentingan dan egoisme. Semangat primordial yang sering mengancam kebersamaan, dan begitu mudah merobohkan tiang-tiang persaudaraan.

Mungkin ada hikmah di balik rasa perih itu, mengapa Alloh SWT tak mengamini kehendak Rosululloh untuk tetap menjaga kokohnya kebersamaan? Di antara rasa perih dan keharusan menyampaikan risalah inilah, Nabi SAW tak lelah memberi nasihat, "bangunlah keakraban". Keakraban memang dapat menjembatani segala bentuk kebekuan, terutama kebekuan psikologis yang sering merusak kebersamaan.

Keakraban juga mendorong tumbuhnya solidaritas dan kerja sama untuk mewujudkan kesadaran kolektif mengikat umat. Lebih memprihatinkan lagi ketika suasana itu melilit hubungan antarumat beragama. Memang, istilah 'umat beragama' telah lama menjadi ungkapan yang sangat akrab. Namun, belum tentu setiap orang memberikan apresiasi yang sama. Umat beragama, di satu sisi, dapat dilihat sebagai wujud kebersamaan individu yang terikat pada nilai-nilai agama. Ia adalah potensi sosial yang dapat menjadi kekuatan raksasa dalam mewujudkan  cita-cita kolektif menuju kesejahteraan bersama.

Tapi, di sisi lain, kerap kali umat beragama hanya dipandang sebagai kekuatan politik yang dimanfaatkan untuk kebutuhan sesaat. Karena itu, sangat mungkin, jika agama cenderung berperan sebagai pemicu konflik ketimbang perekat kebersamaan.

Wallohu A'lam.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...