Islam menjelaskan berbagai masalah mencakup rahasia kejiwaan suami istri, tanggung jawab suami istri, perbuatan-perbuatan durhaka yang tidak boleh dilakukan suami istri, serta langkah-langkah melestarikan kemesraan agar suami istri dapat mempertahankan ikatan perkawinannya.
Suami istri dituntut untuk mewujudkan kehidupan sakinah penuh berkah dalam keluarganya. Oleh karena itu, mereka harus tahu langkah-langkah yang harus ditempuh dan dijalankan bersama dalam mengarungi rumah tangga mereka. Suami istri harus tahu apa yang menjadi pedoman, jalan, dan tuntutan yang dapat mengantarkan mereka kepada cita-cita bersama dalam mewujudkan kehidupan sakinah penuh berkah.
Kesetiaan tak mungkin dapat dipertahankan jika yang bersangkutan tidak memiliki tanggung jawab. Demikian juga tanggung jawab tidak akan bisa terwujud jika tidak didukung dengan kesetian. Keduanya akan selalu menyatu. Seorang suami atau istri akan selalu setia, jika ia selalu memiliki rasa tanggung jawab pada keluarga. Sekalipun mendapat godaan berat, kesetiaannya tidak akan goncang atau sirna jika dia tetap teringat akan tanggung jawabnya pada keluarga. Sebaliknya, suami atau istri bisa saja mudah kehilangan kesetiaan jika dia suka melupakan atau meremehkan tanggung jawab.
Dengan demikian, suami atau istri yang ingin tetap selalu setia, istri yang ingin tetap selalu setia, harus berusaha untuk mempertebal rasa tanggung jawab sekaligus untuk memperkuat kesetiaan, seperti yang di paparkan di bawah ini:
Pertama, peliharalah rasa cinta pada keluarga. Hubungan dengan pasangan dan anak-anak yang harus diwarnai dengan kemesraan. Hal-hal yang sekiranya dapat mengecewakan, sedapat mungkin dihindari. Maka, konflik atau perselisihan, baik dalam hal selera, wawasan, pendapat, harus juga dijauhi. Untuk memelihara rasa cinta, diperlukan kesediaan untuk tampil sebaik-baiknya, khususnya saat sedang berduaan dengan pasangan. itulah sebabnya sikap-sikap negatif, seperti judes, kasar dan egois harus ditinggalkan.
Rasa cinta akan tetap ada jika suami istri selalu dapat mengingat-ingat pertemuan pertamanya. Sebab, pada umumnya dalam pertemuan pertama dulu suami istri mengalami gairah cinta yang menggebu-gebu. Kesan indah selalu mengikuti kenangan terhadap pertemuan pertama. Bagaimana dulu suami istri sama-sama dimabuk cinta, hingga adegan berjabat tangan saja terasa begitu mesra dan mengesankan sekali.
Kedua, peliharalah komitmen perkawinan. Dalam hal ini, suami istri harus selalu ingat bahwa perkawinan menuntut atau mengharuskan suami istri untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Dengan memelihara komitmen perkawinan, suami istri berarti harus menjauhi hal-hal yang dapat merusak kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Kalau suami atau istri mendambakan kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarga, maka jika ada kesempatan untuk menikmati kebahagiaan (kegembiraan seorang diri) sebaiknya memang dihindari. Misalnya, suami mendapat kesempatan menyeleweng, harus bisa menghindari kesempatan itu.
Ada sebuah contoh, bahwa seorang suami sangat teguh memegang komitmen perkawinannya. Ketika dia diundang untuk menghadiri pesta, dia tidak bisa menikmati hidangan lezat yang disuguhkan. Sebabnya, dia teringat pada anak dan istrinya di rumah. Lantas, diapun akhirnya membawa pulang hidangan yang lezat itu untuk dibagikan kepada anak dan istrinya. “Saya tidak bisa bersenang-senang sendirian, sementara anak dan istri di rumah tidak ikut bersenang-senang”, katanya.
Ketiga, peliharalah keamanan dan ketentraman keluarga. dalam hal ini, suami istri harus sama-sama dapat selalu menjaga pasangannya. Kalau sedang berpisah (misalnya suami bertugas ke luar kota) maka perpisahan itu harus menjadi kesempatan untuk meningkatkan kewaspadaan. Maka, jika ketika berpisah dengan pasangan resmi, sang suami atau istri mendapat godaan atau gangguan dari pihak ketiga, rasa tanggung jawab dalam memelihara keamanan dan ketentraman keluarga harus ditingkatkan. Dalam hal ini tolaklah gangguan dan godaan secara tegas. Jika suami istri selalu dapat memelihara keamanan dan ketentraman keluarga, dengan sendrinya akan selalu dapat mempertahankan kesetiaannya dan dapat mewujudkan rasa tanggung jawabnya.
Keempat, peliharalah moral kesusilaan. Dalam hal ini, suami istri harus selalu menjaga kehormatan diri sendiri dan kehormatan keluarga. Untuk itu, berbagai macam tindakan tercela seperti penyelewengan harus dihindari. Sebab sekali melakukan penyelewengan berarti menghancurkan martabat dan kehormatan diri sendiri dan kehormatan keluarga.
Jika ingin memiliki keluarga bahagia sejahtera, maka suami istri harus memelihara kesetiaan dan tanggung jawabnya. Allah menjamin mereka yang menaati ketentuan yang digariskan oleh islam akan memperoleh kehidupan keluarga dan hubungan suami istri yang memberi kebaikan, rahmat, dan berkah, Insya Alloh.....
Suami istri dituntut untuk mewujudkan kehidupan sakinah penuh berkah dalam keluarganya. Oleh karena itu, mereka harus tahu langkah-langkah yang harus ditempuh dan dijalankan bersama dalam mengarungi rumah tangga mereka. Suami istri harus tahu apa yang menjadi pedoman, jalan, dan tuntutan yang dapat mengantarkan mereka kepada cita-cita bersama dalam mewujudkan kehidupan sakinah penuh berkah.
Kesetiaan tak mungkin dapat dipertahankan jika yang bersangkutan tidak memiliki tanggung jawab. Demikian juga tanggung jawab tidak akan bisa terwujud jika tidak didukung dengan kesetian. Keduanya akan selalu menyatu. Seorang suami atau istri akan selalu setia, jika ia selalu memiliki rasa tanggung jawab pada keluarga. Sekalipun mendapat godaan berat, kesetiaannya tidak akan goncang atau sirna jika dia tetap teringat akan tanggung jawabnya pada keluarga. Sebaliknya, suami atau istri bisa saja mudah kehilangan kesetiaan jika dia suka melupakan atau meremehkan tanggung jawab.
Dengan demikian, suami atau istri yang ingin tetap selalu setia, istri yang ingin tetap selalu setia, harus berusaha untuk mempertebal rasa tanggung jawab sekaligus untuk memperkuat kesetiaan, seperti yang di paparkan di bawah ini:
Pertama, peliharalah rasa cinta pada keluarga. Hubungan dengan pasangan dan anak-anak yang harus diwarnai dengan kemesraan. Hal-hal yang sekiranya dapat mengecewakan, sedapat mungkin dihindari. Maka, konflik atau perselisihan, baik dalam hal selera, wawasan, pendapat, harus juga dijauhi. Untuk memelihara rasa cinta, diperlukan kesediaan untuk tampil sebaik-baiknya, khususnya saat sedang berduaan dengan pasangan. itulah sebabnya sikap-sikap negatif, seperti judes, kasar dan egois harus ditinggalkan.
Rasa cinta akan tetap ada jika suami istri selalu dapat mengingat-ingat pertemuan pertamanya. Sebab, pada umumnya dalam pertemuan pertama dulu suami istri mengalami gairah cinta yang menggebu-gebu. Kesan indah selalu mengikuti kenangan terhadap pertemuan pertama. Bagaimana dulu suami istri sama-sama dimabuk cinta, hingga adegan berjabat tangan saja terasa begitu mesra dan mengesankan sekali.
Kedua, peliharalah komitmen perkawinan. Dalam hal ini, suami istri harus selalu ingat bahwa perkawinan menuntut atau mengharuskan suami istri untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Dengan memelihara komitmen perkawinan, suami istri berarti harus menjauhi hal-hal yang dapat merusak kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Kalau suami atau istri mendambakan kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarga, maka jika ada kesempatan untuk menikmati kebahagiaan (kegembiraan seorang diri) sebaiknya memang dihindari. Misalnya, suami mendapat kesempatan menyeleweng, harus bisa menghindari kesempatan itu.
Ada sebuah contoh, bahwa seorang suami sangat teguh memegang komitmen perkawinannya. Ketika dia diundang untuk menghadiri pesta, dia tidak bisa menikmati hidangan lezat yang disuguhkan. Sebabnya, dia teringat pada anak dan istrinya di rumah. Lantas, diapun akhirnya membawa pulang hidangan yang lezat itu untuk dibagikan kepada anak dan istrinya. “Saya tidak bisa bersenang-senang sendirian, sementara anak dan istri di rumah tidak ikut bersenang-senang”, katanya.
Ketiga, peliharalah keamanan dan ketentraman keluarga. dalam hal ini, suami istri harus sama-sama dapat selalu menjaga pasangannya. Kalau sedang berpisah (misalnya suami bertugas ke luar kota) maka perpisahan itu harus menjadi kesempatan untuk meningkatkan kewaspadaan. Maka, jika ketika berpisah dengan pasangan resmi, sang suami atau istri mendapat godaan atau gangguan dari pihak ketiga, rasa tanggung jawab dalam memelihara keamanan dan ketentraman keluarga harus ditingkatkan. Dalam hal ini tolaklah gangguan dan godaan secara tegas. Jika suami istri selalu dapat memelihara keamanan dan ketentraman keluarga, dengan sendrinya akan selalu dapat mempertahankan kesetiaannya dan dapat mewujudkan rasa tanggung jawabnya.
Keempat, peliharalah moral kesusilaan. Dalam hal ini, suami istri harus selalu menjaga kehormatan diri sendiri dan kehormatan keluarga. Untuk itu, berbagai macam tindakan tercela seperti penyelewengan harus dihindari. Sebab sekali melakukan penyelewengan berarti menghancurkan martabat dan kehormatan diri sendiri dan kehormatan keluarga.
Jika ingin memiliki keluarga bahagia sejahtera, maka suami istri harus memelihara kesetiaan dan tanggung jawabnya. Allah menjamin mereka yang menaati ketentuan yang digariskan oleh islam akan memperoleh kehidupan keluarga dan hubungan suami istri yang memberi kebaikan, rahmat, dan berkah, Insya Alloh.....
0 komentar:
Posting Komentar