English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ Belajar Dan Berbagi Ilmu Serta Nasehat Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
free counters

Sabtu, 31 Desember 2011

4 HAL YANG MEMBUAT KITA MALAS DAN TIDAK MAU BERIBADAH KEPADA ALLAH SWT

Allah SWT berfirman dalam surat Adz Dzaariyat ayat 56 yang artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku“. Ayat ini secara jelas menerangkan kepada kita bahwa jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT hanya untuk beribadah kepada-Nya. Siapapun kita, apapun tugas kita dan apapun yang kita sandang, tugas kita satu-satunya menjadikan itu semua bernilai di sisi Allah selama 24 jam sehari semalam.

Persoalannya adalah kenapa masih ada umat yang mengaku Islam malas untuk beribadah dan tidak mau beribadah? Jawaban dasarnya adalah karena mereka merasakan ibadah itu adalah satu kewajiban, satu beban dan belum mampu untuk menikmati hakikat ibadah itu sendiri.

Ada 4 hal yang mengakibatkan orang malas dan tidak mau melakukan ibadah yaitu :

1. BELUM MENDAPATKAN HIDAYAH DARI ALLAH SWT. 
Hidayah memang otoritas Allah SWT, kita mengetahui dalam sejarah bahwa perjuangan Rasululllah saw. mendakwahkan Islam selalu mendapat tantangan dan ancaman dari pihak kaum qurais Makkah. Paman beliau sendiri yaitu Abu Thalib yang senantiasa selalu melindungi memback up sampai saat-saat akhir hayat beliau belum mengucapkan 2 kalimat syahadat. Karena itu ketika ajal akan menjemput Abu Thalib, Rasulullah saw. berupaya keras untuk membujuk pamannya mau mengucapkan kalimat syahadat Nabi Muhammad Saw berkeinginan dan kita semua mempunyai kehendak, namun Allah-lah yang dapat memberikan petunjuk kepada setiap orang yang dikehendakinya (Allahu yahdi man-yasha) Abu Thalib wafat belum sempat mengucapkan 2 kalimat syahadat. Nabi Muhammad saw. sangat sedih dan kecewa karena orang yang paling dia sayangi yang membela perjuangan dan usaha Rasulullah saw. dalam mendakwahkan ajaran Islam tidak mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Kemudian turunlah ayat yang menegaskan “Sesungguhnya wahai Muhammad bukan engkau yang berhak memberikan hidayah tetapi Aku yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang Dia Kehendaki“, namun demikian bukan berarti kita menjadi pasif. Hidayah harus diusahakan secara aktif minimal kita siapkan diri kita, kita siapkan keluarga kita dan kita siapkan lingkungan kita agar mampu menerima hidayah. Bukankah kita yang melakukan shalat yang secara baik sudah mendapatkan sebagian dari hidayah, demikian banyak orang yang mengaku Islam tapi tidak menjalankan shalat. Dalam sholat kita diwajibkan membaca surat Al Fatihah setiap rakaat “Ihdinash shiraathal mustaqiim - Tunjukilah kami hidayah dan jalan yang lurus“.

Sebagai satu ilustrasi dalam Masjid ini memiliki penerangan dari listrik yang tentunya arus didapat dari PLN. PLN tidak akan bisa menyambungkan arusnya ke bangunan masjid, kalau instalasi listriknya belum ada untuk menerima arus, seandainya-pun sudah siap tidak serta-merta ketika diminta arus langsung tersambung. Demikian juga pada diri kita, harus disiapkan untuk mampu menerima hidayah dari Allah SWT.

Dalam ajaran Islam disebutkan “Suruhlah anak kalian sholat ketika umur tujuh tahun dan pukullah apabila tidak mau mengerjakannya ketika berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka“. Bukankah mereka belum baligh atau belum berakal, ini merupakan bagian dari upaya untuk menyiapkan diri anak-anak kita menerima hidayah dan siap menerima hidayah ketika Usianya baligh.

Para ulama mengatakan sering-seringlah mendengar yang baik, bergaullah dengan orang yang baik dan berbicaralah dengan cara baik-baik insya Allah kondisi siap untuk menerima hidayah telah kita dapatkan dan ketika hidayah itu datang maka hidayah itu begitu halus dan mudah masuk datang pada diri kita dan akhirnya kita mampu menikmati ibadah.

2. TIDAK MAMPU MENGENDALIKAN HAWA NAFSU. 
Memang dalam surat Yusuf ayat 53 menjelaskan bahwa “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu berpotensi kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. 

Dalam ajaran Islam nafsu tersebut tidak boleh dibunuh dan dihancurkan tetapi nafsu harus dikelola dengan baik, karena itulah salah satu sebabnya kenapa manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini, kita bukan Malaikat karena hidup kita butuh dengan nafsu tetapi jangan memperturutkan hawa nafsu.
Jika diibaratkan nafsu itu adalah anak kecil, ingin memiliki suatu mainan bila orang tuanya membelikan satu mainan dia pasti minta dua mainan, jika dibelikan 2 kemudian dia meminta 3 dan kalau diperbolehkan semua mainan ingin menjadi miliknya dan bukan milik orang lain itulah hawa nafsu.

Salah satu pembelajaran pengendalian nafsu, Allah SWT berikan minimal sekali dalam setahun untuk beribadah puasa Ramadhan. Mencoba mengendalikan hawa nafsu terutama hawa nafsu perut dan hawa nafsu sex, karena kedua hal inilah yang sering menjerumuskan komunitas manusia ke jurang kehancuran. Itulah sebabnya di dalam kajian tasawuf ada yang disebut dengan pekerjaan yang berupaya mengendalikan nafsu dan nafsu itu bukan untuk dibunuh akan tetapi nafsu itu dikendalikan sampai bisa mendapatkan nilai ibadah di dalam menyalurkannya.

Menikah itu bagian dari pada ibadah kita kepada Allah dan cara menyalurkan nafsu dengan baik, bukankah makan dan minum bisa bernilai ibadah jika kita lakukan dengan cara mengkonsumsi yang halal dan thayib yang selalu diiringi ucapan basmalah dan diakhiri dengan acaan hamdalah.

3. KETIDAKMAMPUAN MELAWAN GODAAN SYETAN.
Syetan adalah musuh laten dan musuh abadi bagi umat manusia sejak kakek-nenek kita nabi Adam dan Hawa yang dikeluarkan dari surga, karena terpedaya oleh godaan syetan.

Ketika itu dimaklumkan “innahu lakum ‘adhuwum mubin - sesungguhnya Iblis dan anak buahnya adalah musuh yang nyata bagi kalian Wahai manusia“. Tetapi secanggih apapun peralatan dan perlengkapan persenjataan sebaik apapun latihan yang dilakukan, logistik yang cukup dalam menghadapi musuh disuatu pertempuran belum ada jaminan untuk menang, bahkan para ahli strategi pertempuran mengatakan mengenal kekuatan dan kelemahan musuh sebagian dari pada kemenangan. Sudahkah kita mengetahui kelebihan dan kelemahan para iblis dan bala tentaranya?

Pada waktu itu Allah SWT memerintahkan iblis untuk menghadap kepada Rasulullah SAW ketika mengadakan suatu pengajian iblis datang bertamu dan sebelum dipersilahkan, nabi bertanya siapa yang di luar, kemudian yang di luar itu menjawab “saya iblis”. Para sahabat antara percaya dan tidak nabi katakan bukalah pintu itu, kemudian masuklah satu makhluk yang kepalanya lebih besar dari seluruh tubuhnya. Kepalanya tidak memiliki rambut, matanya keluar dan sahabat memberikan komentar yang singkat “makhluk yang menakutkan dan sekaligus menjijikan”.

Kemudian nabi Muhammad SAW bertanya kepada iblis, “kenapa engkau datang kepadaku ?” Iblis menjawab, “inilah kali pertama aku mengikuti perintah Allah setelah aku terusir karena kakek-nenekmu Adam dan Hawa. Aku akan menjawab semua apapun yang engkau tanyakan”. Nabi secara pribadi langsung bertanya, “siapakah orang yang paling engkau benci di dunia ini ?”, kemudian iblis menjawab dengan pasti, “engkaulah ya Muhammad, karena engkau aku kesulitan untuk mencari teman dan mencari kawan yang akan menemani saya di dalam neraka”. Kemudian nabi bertanya, “suara apa yang engkau takuti hai iblis ?”“Suara yang aku takuti adalah suara adzan”, ketika adzan berkumandang iblis terpelanting dan terlempar sejauh adzan itu terdengar sampai iblis buang angin, akan tetapi ketika adzan selesai iblis datang kembali untuk menggoda orang yang sedang melakukan sholat. Kemudian nabi bertanya kembali kepada iblis, “Suara apa yang engkau senangi?” Iblis menjawab, “suara musik yang melupakan orang untuk melakukan ibadah”.

4. KETERBATASAN ILMU.
Kebodohan dan keterbatasan kita terhadap perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya, kita menganggap itu menjadi satu beban dan menganggap itu suatu penghalang dari kenikmatan maka kita tidak mau melakukan. Belajar tidak pernah henti, Imam Syafi'i mengatakan “orang yang masih beryawa tetapi berhenti untuk menuntut ilmu ia bagaikan bangkai yang berjalan di atas bumi“.

Jika kita mampu mengupayakan diri kita siap dan mampu memelihara ibadah, mengendalikan hawa nafsu pada tempat yang sebenarnya dan mampu untuk melawan godaan syetan dan terus berupaya menambah ilmu pengetahuan, maka ibadah sudah tidak lagi menjadi beban, ibadah bukan sekedar kewajiban tetapi ibadah itu merupakan suatu kenikmatan dan kebutuhan.

Ibadah yang selama ini sering kita dengar baru ibadah haji yang dirasakan mendapatkan kenikmatan, belum pulang dari Makkah dan Madinah sudah berniat tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya bisa ibadah haji kembali, dia bukan lagi merasakan kehilangan uang untuk ongkos haji, bukan lagi merasakan kehilangan kesempatan untuk meniti kariernya, bukan kehilangan kesempatan mencintai orang-orang yang dekat dengan dia, tetapi sudah merasakan nikmatnya ibadah.

Untuk itu mari kita kenali diri kita, kita kenali musuh kita dan kita persiapkan untuk mendapatkan hidayah belajar terus menerus dan mendapatkan kenikmatan dalam ibadah kepada Allah SWT Aaamiin Allaahumma Aamiin.........

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...