English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ Belajar Dan Berbagi Ilmu Serta Nasehat Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
free counters

Selasa, 27 Desember 2011

HATI - HATILAH DENGAN LISANMU

Lisan adalah bagian tubuh yang paling banyak digunakan dalam keseharian kita. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga lisan kita. Apakah banyak kebaikannya dengan menyampaikan yang haq ataupun malah terjerumus ke dalam dosa dan maksiat.

Pada berbagai pertemuan, seringkali kita mendapati pembicaraan berupa gunjingan (ghibah),mengadu domba (namimah) atau maksiat lainnya. Padahal Alloh SWT melarang hal tersebut, Alloh menggambarkan ghibah dengan sesuatu yang amat kotor dan menjijikkan.
Alloh berfirman yang artinya, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik dengannya.” (Al-Hujurot: 12)

Nabi SAW telah menerangkan makna ghibah (menggunjing) ini.
Beliau bersabda, “Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Mereka menjawab, “Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui” Beliau bersabda, “Engkau mengabarkan tentang saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu memang terdapat pada saudaraku?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika ia tidak terdapat padanya maka engkau telah berdusta atasnya.” (HR. Muslim)

Jadi, ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, baik tentang agama, kekayaan, akhlak, atau bentuk lahiriyahnya sedang ia tidak suka jika hal itu disebutkan, dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.

Banyak orang meremehkan masalah ghibah, padahal dalam pandangan Alloh
ia adalah sesuatu yang keji dan kotor. Wajib bagi orang yang hadir dalam majelis yang sedang menggunjing orang lain, untuk mencegah kemunkaran dan membela saudaranya yang dipergunjingkan.

Nabi SAW sangat menganjurkan hal itu, sebagaimana dalam sabdanya,
“Barangsiapa membela (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat
Alloh akan menghindarkan api Neraka dari wajahnya.” (HR. Ahmad)

Demikian pula halnya dalam mengadu domba (namimah). Mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara keduanya adalah salah satu faktor yang menyebabkan terputusnya ikatan, serta menyulut api kebencian dan permusuhan antar manusia.

Alloh mencela pelaku perbuatan tersebut dalam firmanNya, “Dan janganlah kamu ikuti
setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela,
yang kesana kemari menghambur fitnah.” (Al-Qolam: 10-11).

Rosululloh SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga tukang adu domba.” (HR. Bukhori).
Ibnu Atsir menjelaskan, “Al-Qottat adalah orang yang menguping (mencuri dengar pembicaraan), tanpa sepengetahuan mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada orang lain dengan tujuan mengadu domba.” (An-Nihayah 4/11)

Oleh karena itu ada beberapa hal penting perlu kita perhatikan dalam menjaga lisan :

Pertama, hendaknya pembicaraan kita selalu diarahkan ke dalam kebaikan.
Alloh SWT berfirman, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (An-Nisa: 114)

Kedua, tidak membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagi diri kita maupun orang lain
yang akan mendengarkan.
Rosululloh SAW bersabda, “Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan
sesuatu yang tidak berguna.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Ketiga, tidak membicarakan semua yang kita dengar.
Abu Huroiroh RA berkata, Rosululloh SAW bersabda,
“Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan
semua apa yang telah ia dengar.” (HR. Muslim)

Keempat, menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kita berada di pihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.
Rosululloh SAW bersabda, “Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda.” (HR. Abu Daud )

Kelima, Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
Aisyah RA berkata, “Sesungguhnya Nabi SAW apabila membicarakan suatu hal,dan ada orang yang mau menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya” (HR. Bukhori-Muslim).

Semoga Alloh SWT senantiasa menjaga diri kita, sehingga diri kita senantiasa
berada dalam kebaikan dan selalu saling memberi nasehat dengan harapan untuk mendapatkan ridho-Nya,amiin Ya Robbal alamiin.......

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...