English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ Belajar Dan Berbagi Ilmu Serta Nasehat Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
free counters

Kamis, 29 Desember 2011

BENIH IKHLAS

Tanamkan wujudmu/dirimu didalam bumi yang tersembunyi (rendah diri), sebab setiap yang tumbuh tanpa di tanam itu hasilnya tidak sempurna.”
Jika sebuah pertanyaan diajukan, “Dimanakah tumbuh sebuah benih ?” Sudah pasti jawabannya adalah “Yang di tanam di dalam bumi.”
Dan seperti itulah ikhlas yang di tanam di dalam hati yang tersembunyi, karena diri manusia itu ibarat bumi, jika bumi tidak di tanami benih, tentu tidak akan tumbuh tanaman yang menghasilkan (buah amal perbuatan).

GELORA NAFSU.
Pada dasarnya setiap amal ibadah mengandung keistimewaan bagi orang yang mengerjakannya, dan buah dari hasil amal perbuatan diperoleh sebagaimana yang diniatkan. Ada manusia yang beramal untuk meraih kemasyhuran dan derajat di dunia, dan sebaliknya ada pula yang tidak mengharapkan popularitas dan derajat, tapi merindukan kebahagiaan syurgawi. Potensi dua keinginan itu ada dalam diri setiap manusia, dan itu merupakan gelora nafsu yang muncul silih berganti, membayangi ibadah maupun amal yang dilakukan. Hal semacam itu dapat menjadi malapetaka ‘ruhaniah’ bagi para ‘salikin’, karena ibadah yang dibarengi rasa ingin meraih popularitas, terlebih kedudukan (maqom), baik di dunia maupun di akhirat termasuk kategori pamrih. Dan pamrih itulah gelora nafsu yang sangat berbahaya dan dapat merusak akidah, hal itu juga termasuk kategori ‘riya’ yang merupakan virus syirik.
Wa maa umiruu illa liya’budullooha mukhlishiina lahud diina hunafaa’a wa yuqiimush sholaata wa yu’tuz zakaata wa dzaalika diinul qoyyimah.”

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh  dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat,
dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al Bayyinah : 5)

RENDAH HATI.
Gairah amal ibadah seorang hamba yang senantiasa bersimpuh dan bersujud dengan merendahkan diri dihadapan Alloh adalah sebuah pengabdian yang ikhlas. Keikhlasan itu muncul dari dalam hati dan menerangi seluruh amal ibadahnya, hingga Alloh memuliakan dirinya dalam suatu maqom, sebagaimana Hadits nabi :
Man tawaadho’a  rofa’ahulloohu wa man takabbaro wadho’ahulloohu.”
Siapa yang merendahkan diri maka Alloh akan mengangkat (maqom) nya,
dan siapa yang sombong maka Alloh akan merendahkan (maqom) nya.
 
Seorang salikin yang sedang menuju keada Alloh harus memakai selimut faqir, yang dimaksud faqir disini ialah ‘sunyi hati’ dari rasa ingin memiliki dan menguasai sesuatu selain Alloh. Agar dalam perjalanannya tidak terkoyak oleh ‘aghyar’/perubahan, ia juga harus mengikis rasa harap pada suatu maqom/kedudukan, karena tidak layak bagi yang telah duduk di maqom mahabbah masih berpaling ke lain maqom yang berdimensi fatamorgana.

ASA dan CINTA.
Memang tidak mudah menepis harapan yang bersemi di hati dan berkembang menjadi cinta terhadap suatu maqom, kecuali bila hidayah dan karunia Alloh menyinari. Tapi siapapun harus tetap waspada, jangan sampai cinta pada maqom dijadikan sebagai kekuatan nafsu untuk membangun tembok penghalang menuju kepada-Nya. Tanda-tanda orang yang mendapat hidayah dan karunia Alloh adalah ia tak pernah surut dalam upaya menghancurkan tembok penghalang, walau harus pindah alam. Berbagai bentuk rintangan ia hancurkan dengan cara merendahkan hati/tawadhu, dan mempersembahkan semua amal ibadah maupun hidup dan matinya hanya untuk Alloh SWT. Sebagaimana dalam do’a iftitah menyatakan : “Sesungguhnya sholatku, ibadahku hidupku, dan matiku  hanya untuk (milik) Alloh” jika semuanya sudah milik Alloh, maka tidak layak bagi seorang hamba mengharap sesuatu apapun dengan ibadahnya termasuk popularitas, karena hal ini akan menjadi penghalang orang-orang yang sedang menuju kepada Alloh.

Ibrahim ibnu Adhom RA berkata:
Maa shodaqolloohu man ahabbasy syuhroh.”
Tidak benar jika ada orang yang menuju kepada Alloh, tapi masih ada rasa keinginan untuk dikenal.

Ayyub Assakh Tijani RA berkata :
Wa lillaahi maa shodaqollooha ‘abdun illaa sarrohu an laa yasy’uro bimakaanihi.”
Demi Alloh tiada seorang hamba yang sunguh-sungguh ikhlas pada Alloh, melainkan ia merasa senang dan gembira jika tidak mengetahui maqom dirinya.

juga dalam riwayat lain yang bersumber dari Mu’adz bin Jabal, Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya sedikit nya ‘riya’ itu sudah termasuk syirik, dan siapa yang memusuhi seorang waliyulloh berarti telah melawan berperang kepada Alloh. Dan Alloh kasih sayang pada hamba yang takwa yang tersembunyi/tidak dikenal, yang bila tidak ada tidak dicari, dan bila hadir tidak dipanggil, dan tidak dikenal. Hati mereka sebagai pelita hidayah, mereka terhindar dari segala kegelapan kesukaran.”

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...