English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ Belajar Dan Berbagi Ilmu Serta Nasehat Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
free counters

Selasa, 27 Desember 2011

TENTANG SABAR

Makna " SABAR " di dalam konteks amalan hati ialah menahan nafsu daripada dipengaruhi oleh sembarang gelora atau kegemparan hati atau perasaan atau rangsangan yang menimbulkan rasa marah atau memberontak, resah gelisah, tidak rela, kecewa atau putus asa, akibat daripada pengalaman kesusahan, ketidak nyamanan atau sesuatu keadaan yang tidak disukai atau di inginkan.

Kesabaran itu harus meliputi empat tindakan yaitu :
1.  Tabah dan tekun di dalam melakukan taat
2.   Menahan diri daripada melakukan maksiat atau kemungkaran
3.   Memelihara diri dari godaan dunia, nafsu dan syaitan.
4.   Tenang atau teguh hati menghadapi cobaan musibah

Sabar adalah satu tuntutan agama dan satu perisai untuk menahan diri daripada fitnah nafsu yang bergelora. Orang yang gagal bersabar akan gagal di dalam hidup dan akan rugi di dunia dan akhirat.
Antara tujuan kita di suruh bersabar itu ialah:

1)   Supaya dapat mengerjakan ibadah dengan tenteram dan dapat kesempurnaan dan seterusnya mencapai matlamatnya.
2)    Untuk kita berfikir dengan lebih matang.
Apabila nafsu telah menguasai akal, akal tidak dapat berfikir secara rasional di dalam menghadapi tindakan yang akan dilakukan. Segala yang dilakukan itu hanya betul mengikut ukuran nafsu. Akibatnya apabila terjadi kerusakan atau kecelakaan disebabkan tindakan itu, diri manusia sudah tidak dapat mengelak, jadilah manusia itu terbelenggu disebabkan perbuatannya sendiri. Karena itu di dalam menangani nafsu yang bergelora, sabar itu sangat perlu. Di samping kita disuruh untuk bermujahadah (berperang) dengan nafsu yang jahat.
Sabda Rosululloh SAW:

"Sejahat-jahat musuh kamu yaitu nafsu yang di antara dua lambungmu." - (HR Tarmidzi)
Selain daripada itu, sifat taqwa perlu diusahakan dengan menanamkan iman di dalam diri. Untuk mendapatkan sifat taqwa, kelemahan diri perlu diperbaiki. Bagi mereka yang berusaha memperbaiki dirinya, hati mereka akan senantiasa tenang dan bahagia. Bukan karena kaya atau berada, tetapi karena puas kepada apa yang ada.

Sabda Rosululloh SAW:
"Kamu tidak akan merasakan kemanisan iman sehingga kamu menyintai Alloh dan Rosul lebih dari segalanya, Tidak mencintai seseorang melainkan karena Alloh. Dan benci kembali kepada kekufuran seperti benci berpaling pada neraka."

Di samping itu apabila orang yang memiliki iman, sholatnya akan khusyu', mereka menyempurnakan puasa dan menunaikan pembayaran zakat dengan segala adab dan tuntutannya, menunaikan Haji dengan memahami segala tujuan dan tuntutannya, menjauhkan diri dari maksiat dan dosa, menjauhi perbuatan zina dan perkara yang menghampirinya, tidak mengumpat, mengadu domba, menfitnah, tidak hasad sesama sendiri, tidak sombong, tidak ujub dan sum'ah (mencari nama dan pangkat), tidak pendendam dan lain-lain.

Bila dapat kemanisan iman, penderitaan menjadi kecil dan dunia tiada ruang di dalam hatinya. Hatinya akan asyik dengan Alloh, ini berlaku pada sahabat- sahabat Rosululloh SAW . Bilal apabila dijemur di tengah panas serta diazab untuk dipaksa kembali kepada kekufuran, dengan tenang dia menjawab, "Ahad, Ahad." Azab sengsara, tidak terasa, ini juga berlaku kepada seorang sahabat Nabi SAW yang dicuri untanya ketika sedang sholat, dia tidak menghentikan sholatnya itu, karena terasa kemanisan sholat dan tidak sadar apa yang berlaku di sekelilingnya. Banyak lagi hal-hal yang demikian kita baca di dalam sejarah kehidupan para sahabat Rosululloh SAW.

Karena itu kita perlu melakukan Mujahadatun Nafs (melawan hawa nafsu) dan membersihkan diri kita daripada sifat-sifat mazmumah ( yang tercela ) seperti iri dengki, dendam, buruk sangka, mementingkan diri, gila pangkat, gila puji, gila dunia, bakhil, sombong dan sebagainya. 

Langkah pertama untuk mendapatkan iman ini, maka seseorang itu perlu mempunyai :
a) Ilmu yang Islam yang sempurna dan tepat agar segala tindakan dapat diselaraskan dengan syariat dan kehendak Alloh melalui hukum-hukum yang telah ditetapkannya.
b) Yakin. Keyakinan adalah perlu dan penting.
Oleh karena itu wajiblah kita belajar dan berusaha menyuburkan keyakinan kita. Jangan biarkan keyakinan dicelahi oleh keraguan walaupun sedikit. Keraguan mesti dilawan dengan ilmu pengetahuan, bukan dengan akal semata-mata. Syaitan dan nafsu senantiasa menyuruh dan mempengaruhi akal untuk ragu-ragu dan mewas-waskan kita. Tanpa ilmu yang benar dan menyeluruh, kita akan terperangkap di dalam perangkap syaitan. Jikalau kita terperangkap di dalam jerat syaitan bagi keyakinan, maka hapuslah segala pahala amal dan hapuslah iman. Jikalau terjadi demikian, maka matilah kita sebagai orang yang tidak beriman dan kekal di dalam neraka.
c) Beramal dengan ilmu yang telah difahami dan diyakini.
d) Bermujahadah, yaitu melawan nafsu yang mendorong ke arah kejahatan dan menghalang diri dari melakukan maksiat lahir dan batin.
e) Istiqomah beramal, yaitu melakukan amalan ketaatan dan ibadah serta menjauhi kemunkaran secara terus menerus.
f) Mempunyai guru yang Mursyid yang dapat memimpin dan mendidik diri agar senantiasa taat kepada Alloh.
g) Selalu berdoa kepada Alloh, karena jikalau hanya usaha lahir saja dilakukan tanpa mengharapkan bantuan dari Alloh, maka ia amat mustahil untuk membuang nafsu yang jahat di dalam jiwa manusia.

3)   Kita disuruh bersabar adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Firman Alloh SWT :
" Dan Alloh amat menyukai orang yang sabar." - (Ali Imron : 146)
" Sesungguhnya orang yang beriman itu dicukupkan ganjaran mereka tanpa batas " (Az Zumar : 10)

" Hai orang yang beriman, bersabarlah kamu (melakukan taat dalam menghadapi musibah), teguhkanlah kesabaran kamu, tetapkanlah kewaspadaan serta siap siaga dan bertawakkallah
kepada Alloh agar kamu beruntung (merebut syurga dan bebas dari neraka)." (Al Baqoroh : 200) 

Demikianlah kesabaran itu merupakan obat yang pahit tetapi mujarab di dalam menahan diri daripada nafsu dan godaan dunia. Yakinlah, keberkahan daripada kesabaran itu membawa manfaat kepada kita, sekaligus menolak kemudhorotan kepada kita. Sebagai obat 'kepahitan' hanya sesaat, akan tetapi 'kemanisannya' akan berpanjangan.
Wallohu A'lam.

2 komentar:

Ajeg bae ora ana perubahan boz, penampilane

Okay matur nuwun boz ujarku mbok molak malik,hehe....

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...