English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ Belajar Dan Berbagi Ilmu Serta Nasehat Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
free counters

Sabtu, 31 Desember 2011

MENGAPA HARUS ADA PENGORBANAN

Dalam jiwa kita mungkin tersimpan satu pertanyaan; “Mengapa Sungai sejarah kemanusian selalu harus dialiri oleh darah dan air mata? Mengapa kita harus selalu berkorban? Tidak bisakah Allah menjadikan hidup ini tenangdimana manusia hanya menyembah-Nya, dimana manusia hanya punya satu agama, dimana manusia dimana manusia tidak berbeda dalam pikiran, jiwa dan watak, dimana dunia ini menjelma taman kehidupan yang indah?”

Allah mengetahui dengan baik bahwa setiap manusia menyimpan pertanyaan itu dalam batinnya. Sama seperti Allah juga mengetahui bahwa Ia bisa melakukan semua itu, Ia bisa membuat manusia hidup damai dengan hanya satu agama, Tanpa pertentangan diantara mereka, tanpa konflik, tanpa darah dan air mata, dimana hanya ada kegembiraan, dimana hanya ada cinta, dimana hanya ada lagu-lagu kehidupan yang indah. Maka perhatikanlah Allah telah berfirman;

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
“…Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),..(QS. Al-Maidah : 48).

Begitulah akhirnya Allah mempertemukan kita dengan hakikat ini, yaitu hakikat bahwa hidup sepenuhnya hanyalah ujian semata dari Allah, dan bahwa hanya ada satu kata kunci dalam setiap ujian, duri-duri di sepanjang jalan kehidupan ini harus dilalui dengan penuh pertanggungjawaban. Simaklah firman Allah;

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk : 2,).

Tapi masih ada satu hakikat lain lagi yang membuat ujian kehidupan menjadi semakin berat dan rumit. Hakikat itu adalah ini, Allah ternyata tidak menurunkan Adam dan Hawa sendiri ke bumi. Allah menurunkan mereka berdua bersama Iblis yang akan menyesatkan Adam beserta segenap anak cucunya hingga hari kiamat dari jalan kebenaran. Selain Iblis yang ada di luar diri kita, di dalam diri kita sendiri juga terdapat unsur syetan yang menjadi pusat pendorong kepada perbuatan jahat.

Maka hakikat ini telah menjadikan panorama kehidupan kita akan senantiasa dipenuhi konflik antara kebaikan dan kejahatan, antara kebenaran dan kebatilan, antara tentara Iblis dan tentara Allah. Di sini tidak ada pilihan untuk tidak memihak. Dan karenanya setiap orang pasti harus berkorban, sebab setiap orang pasti terlibat dalam pertarungan abadi ini. Kalau seseorang tidak berada dalam kubu kebenaran, pastilah dia berada dalam kubu kebatilan. Dan tidak ada kubu pertengahan.

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ 
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. (‘QS. Al-Baqoroh : 36)

Demikianlah kedua hakikat tersebut menjadikan pengorbanan sebagai keniscayaan hidup. Dan hanya ada satu hal yang kelak akan memutus siklus pengorbanan yang begitu melelahkan manusia ini, yaitu kematian! Ya... hanya itu yang akan membebaskan kita dan pengorbanan.

Kalau pengorbanan telah melekat begitu kuat dalam tabiat kehidupan, maka begitulah pengorbanan menjadi wajah abadi bagi iman. Sebab Allah hendak memenangkan agama-Nya di muka bumi dengan usaha-usaha manusia yang maksimal. Marilah kita menyimak diaolog antara Saad Bin Abi Waqqas dengan Rasulullah saw berikut ini :
Dan Saad bin Abi Waqqasis berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah yang mendapat cobaan paling berat?” Rosulullah menjawab; “Para Nabi, lalu yang paling menyamai (kualitas) nabi. Dan seseorang akan diuji dengan sesuai dengan kemampuannya. Jika di dalam keagamaan terdapat kekuatan, maka cobaannya akan semakin keras. Dan Jika ada kelelamahan dalan agamannya, ia hanya akan diuji sesuai dengan kadar keagamaannya itu. Maka cobaan tidak akan pernah meninggalkan seorang hamba, hingga ia membiarkan hamba itu berjalan di muka bumi tanpa sedikitpun dosa.”HR Ibnu Najah dari Saad bin Abi Waqqas; sebagaian maknanya terdapat juga dalam shahih Bukhari dan Muslim)

Pengorbanan menjadi harga mati bagi iman, dimana geliat imanmu hanya akan terlihat pada sebanyak apa engkau berkorban, pada sebanyak apa engkau memberi, pada sebanyak engkau lelah, pada sebanyak apa engkau menangis, dan puncak dari segalanya adalah saat dimana engkau menyerahkan harta dan jiwamu sebagai persembahan total kepada Allah SWT. Maka bertanyalah kepada diri sendiri, sudah berapa banyak yang engkau berikan? Sudah berapa banyak engkau meneteskan air mata?, Sudah berapa banyak engkau lelah?, Sudah berapa banyak?, Sudah berapa?, Sudah berapa banyak?

Pengorbanan menjadi harga mati bagi kemenangan. Setiap mimpi kemenangan dan kejayaan selalu diawali dengan kisah panjang pengorbanan. Maka Nabi lbrahim  as dinobatkan sebagai pemimpin umat manusia setelah Ia menyelesaikan kisah pengorbanannya yang begitu panjang dan begitu mengharu biru. Dan Rasulullah SAW mencapai kemenangan akhirnya setelah melalui masa-masa pengorbanan yang penuh darah dan air mata.

Jalan Kembali Itu Hanya Ada Di Sini

Para nabi dan sahabat-sahabatnya telah menggariskan jalan kemenangan itu bagi kita; bahwa harga yang harus dibayar untuk itu adalah pengorbanan. Dan kita, kaum muslimin, yang kini terpuruk dalam semua bidang kehidupan, kalah dalam semua medan tempur, dan harus rela untuk hanya berada di pinggiran sejarah, harus benar-benar menyimak pelajaran itu dengan baik. Sebab Imam Malik mengatakan;

“Generasi terakhir umat tidak akan menjadi baik kecuali hanya dengan dengan apa yang telah menjadikan generasi pertama menjadi baik.

Seorang sastrawan Muslim, Musthafa Shadiq AI-Rafi’i mengatakan; Sesungguhnya kemenangan dalam pertarungan hidup tidaklah diperoleh dengan harta, kekayaan dan, kesenangan, tapi dari perjuangan keras, ketegaran dan kesabaran. Dan bahwa kemajuan manusia tidaklah diperjualbelikan begitu saja atau diberikan secara gratis, tapi sesuatu yang kita cabut dengan paksa dari peristiwa-peristiwa kehidupan dengan kekuatan karakter yang dapat mengalahkan krisis dan tiadak dimatikan oleh krisis.  

Inilah jalan kembali itu; saat dimana cita-cita menuju ketinggian menguasai segenap pikiran dan jiwamu; saat dimana engkau melepaskan ikatan jiwamu dengan dunia dan engkau mulai terbang ke angkasa yang luas; saat dimana engkau menemukan sang iman telah memberimu gelora kekuatan jiwa yang dahsyat; maka engkau mulai bergerak bersama agama ini dan untuk agama ini; maka engkau duduk termenung Iama untuk melahirkan gagasan besar demi agama ini, maka engkau marah dan sedih dan benci dan gembira hanya karena dan untuk agama ini; maka tak ada satu detik pun dari waktumu yang berlalu begitu saja tanpa engkau gunakan untuk agama ini; maka semua harta yang engkau peroleh dan bekerja dan berdagang atau Iainnya tak engkau gunakan kecuali hanya untuk agama ini; maka engkau terus bekerja, memberi dan memeras seluruh tenaga fisikmu untuk agama ini. Itulah manusia-manusia yang dibutuhkan Islam saat ini. 

Manusia-manusia yang memiliki semua syarat untuk menciptakan peristiwa dan mengukir sejarahnya dengan tangannya sendiri; visi keislaman yang dapat menyinari kehidupan, tekad yang selalu dapat mengalahkan semua krisis, akhlak yang selalu dapat mengalahkan godaan. Dan manusia-manusia besar selalu hadir di tengah krisis, dan setiap krisis besar dalam sejarah sebuah masyarakat atau bangsa, pada mulanya selalu diselesaikan oleh sentuhan tangan dingin manusia-manusia besar itu. Dan begitulah pengorbanan menjadi bibit kebesaran orang-orang Muslim.

Maka berjanjilah kepada dirimu untuk melakukan itu. Buatlah perjanjian sekali Iagi dengan Allah "Bahwa segenap hidup dan matimu, segenap jiwa dan pikiranmu, segenap harta dan waktumu, telah engkau jual kepada Allah SWT yang akan dibayarnya – kelak- dengan surga".

إن اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْءَانِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah : 111).

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...