English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ Belajar Dan Berbagi Ilmu Serta Nasehat Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
free counters

Selasa, 07 Februari 2012

JADI DURI ATAU KAPAS

Seorang guru  memasuki kelas dengan membawa kulit durian dan sekantong kapas. Para peserta didik dengan keheranan menyimpan tanda tanya besar di benak mereka tentang apa yang mau dilakukan guru dengan kedua benda itu. Setelah meletakkan peralatannya, menyapa para siswa, lalu sang guru menanyakan kabar mereka. Ia juga menangkap keheranan para siswa pada barang bawaannya hari ini. Ia segera ingin memulai pembelajaran hari ini dengan dua benda yang telah ”mencuri” perhatian tersebut.

Pak guru menghadirkan kedua benda itu, kulit durian dan dan kapas di atas meja. Beliau juga meminta sebagian siswa memegang dan meraba masing-masing benda. Lalu secara berhati-hati menyampaikan sederet pertanyaan. Diantaranya adalah tentang apa dua benda yang dia bawa, benda apasaja yang dapat dihasilkan dari kapas dan kulit durian, dan bagaimana reaksi mereka jika diminta berlama-lama memegang keduanya. Selanjutnya, pertanyaan diarahkan pada analogi tentang siapakah manusia yang berkarakter seperti kulit durian atau kapas, dan bagaimana sikap manusia kebanyakan terhadap karakter manusia tipe durian dan kapas tersebut. Pertanyaan ditutup dengan tawaran kepada mereka tentang menjadi tipe manusia apa yang akan dipilih, dan mengapa pilihan itu dijatuhkan.

Melalui dialog yang terbimbing tersebut pak guru mengarahkan pembicaraan pada konklusi bahwa manusia pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua golongan, manusia ”duri” dan manusia ”kapas”. Tipe pertama mencerminkan sosok yang berakhlak buruk, sedangkan tipe kedua adalah manusia baik berakhlak mulia (mahmudah). Tipe pertama merupakan sosok yang dibenci, sedangkan yang kedua tipe yang dirindu dan dinanti kehadirannya. Demikianlah, pak guru berusaha mengawali pembelajaran hari itu dengan melakukan kontekstualisasi materi akhlak mulia dan menanamkan konsepnya secara utuh.

Menggolongkan manusia menjadi ”duri” ataupun ”kapas” seperti yang dilakukan pak guru tersebut tidaklah salah. Pada prinsipnya, ketika seseorang berperilaku baik dan berakhlak mulia ia menjadi seperti kapas yang penuh kelembuatan yang memberikan kenyamanan. Karenanya, terhadap orang yang demikian, kebanyakan orang-orang akan merasa nyaman dan mendekat. Ia akan memiliki banyak saudara dan sahabat. Sebaliknya, ketika berbuat keburukan, manusia menjelma seperti ”duri” yang menyakitkan, merugikan, dan mengundang kebencian orang lain.

Manusia ”kapas” adalah sosok penuh kebaikan. Rasulullah menyebutnya sebagai anfa’ al-nass (paling banyak manfaatnya). Tutur katanya ”sejuk”, penuh kelembutan, tanpa sumpah serapah. Tindak tanduk dan perbuatannya penuh kesabaran, kesopanan, kesantunan, dan yang penting mendatangkan kebaikan atau keuntungan bagi orang lain. Hati dan pikirannya digunakan secara positif untuk membangun niat baik, keikhlasan, khusn al-dzann, dan keinginan menolong sesama. Sungguh kenyamanan yang mengundang segala kenyamanan dan kebaikan orang lain.

Sementara itu, manusia ”duri” adalah sosok buruk dan jahat. Hati dan pikirannya dipenuhi energi negatif, penuh prasangka, permusuhan, serta digunakan untuk mereka-reka ”proyek” merugikan orang lain. Mulut dan ucapannya penuh bisa, menyesatkan, serta mengadu domba sesama. Perilaku dan perbuatannya bermuara pada menyakiti dan merugikan orang lain. Jika berorganisasi, manusia tipe ini selalu membuat kerusakan dengan seringnya ia menghianati kesepakatan, merusak aturan main, dan meninggalkan tata tertib yang disusun bersama demi keuntungannya sendiri yang seringkalai bersifat sesaat.

Menjadi manusia ”kapas” maupun ”duri” adalah sebuah pilihan penuh konsekwensi. Di dunia, setiap kebaikan yang dilakukan biasanya akan berbuah kebaikan lain, melalui ucapan terima kasih, kasih sayang, dan penghormatan. Sedangkan keburukan hanya akan mendatangkan keburukan lewat penolakan, kebencian, balas dendam, serta rusaknya sebuah keharmonisan dan kekeluargaan.

Di akherat, Allah menjanjikan selaksa kebaikan baik penuai kebaikan. Dalam hadith riwayat Muslim, Nabi menegaskan janji Allah yang akan memudahkan urusan seseorang dunia akhirat jika ia memudahkan (yassar) urusan orang lain, menutup aibnya jika ia menutup aib (satar) sesama, dan selalu menolongnya selama ia juga menolong orang lain. Wallah fi ’aun al-’abd ma kana al-’abd fi ’aun akhih. Sebaliknya, sebagaimana diriwayatkan al-Tirmidzi, Allah mengancam orang yang membahayakan (dhaarr) orang muslim lain dengan menimpakan bahaya pada dirinya. Siapa yang mempersulit (syaqq) orang muslim lain, maka ia akan dipersulit.

Jika kulit durian dan kapas adalah benda yang pasif dan tidak bisa berubah, maka manusia tipe kapas atau ”duri” tetap memiliki kesempatan untuk mengubah dirinya, dan bertukar tipe. Lewat kebaikannya ia bisa menjelma menjadi manusia ”kapas”, atau menjelma menjadi ”duri” dengan segala keburukan yang dilakukan. Sekali lagi, hal tersebut berdasarkan pilihan diri. Pilih mana, jadi ”kapas” atau ”duri” ? Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...