Allah menciptakan surga dan neraka, yang kelak akan diisi oleh
manusia. Di mana nanti kita berada -surga atau neraka- akan ditentukan
melalui proses kompetisi yang panjang selama hidup di dunia; yaitu
kompetisi dalam mengumpulkan pahala. Kompetisi ini berakhir pada waktu
kita mati, karena tidak ada kesempatan pengumpulan pahala lagi setelah
kita mati.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan bagi manusia, agar Kami menguji mereka siapakah di antara
mereka yang terbaik perbuatannya. ( Quran Surat Al Kahfi : 7).
Seseorang yang berhasil mengumpulkan pahala yang banyak, tempatnya
kelak adalah di surga. Sedangkan bagi yang lalai, tidak diragukan lagi,
ia akan berada di tempat sebaliknya, yaitu neraka. Jadi, surga adalah
merupakan puncak hadiah yang akan diraih oleh manusia. Dan untuk
mendapatkan hadiah puncak ini, tentu saja tidaklah mudah. Diperlukan
perjuangan yang sungguh-sungguh, karena Allah akan terus menerus menguji
keuletan kita dalam mematuhi “aturan main” yang dibuat-Nya.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan:
‘kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? (Quran Surat Al-Ankabuut : 2)
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. (Quran Surat Al-Anbiya’ : 35)
Rasulullah shollallohu ;alaihi wasalam pun memperingatkan kita:
Dunia itu adalah nerakanya orang mukmin dan surganya orang kafir.
Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, dan neraka itu
dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan (nafsu).
Bentuk ujian Allah itu bermacam-macam. Hal ini adalah wajar,
mengingat hadiahnya pun luar biasa, yaitu hidup abadi dalam kebahagiaan
di surga. Ujian terberat yang dirasakan oleh kebanyakan orang, umunya
adalah yang berkaitan dengan harta atau pangkat. Harta atau pangkat
dapat dengan mudah membuat manusia terbius, terlupa akan tujuan hidupnya
di dunia. Harta yang seharusnya digunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan ketaatan pada aturan main-Nya, terbuai justru digunakan
untuk melanggar ‘aturan main’ itu (!).
Dalam hal ini Sayidina
Ali r.a. berwasiat, ‘Hati-hatilah terhadap hartamu, karena ia dapat
menjadi bahan utama pelampiasan hawa nafsu!” [ "... Ya Allah, jadikanlah
dunia di tangan kami dan jangan Engkau jadikan dunia di hati kami"]
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anak kamu itu hanyalah sebagai cobaan ….. ( Quran Surat Al-Anfaa : 28)
….. Dan Kami coba mereka dengan nikmat yang baik-baik dan bencana yang buruk-buruk. (Quran Surat Al-A’raaf : 168).
Untuk dapat mengatasi berbagai macam ujian Allah ini, kita harus
mempunyai bekal motivasi yang kuat. Karena hanya dengan motivasi yang
kuat, akan tercipta semangat yang hebat. Dan dengan semangat yang hebat,
segala godaan yang berasal dari nafsu dan syetan laknatulloh pun akan
dapat ditaklukkan.
Ayat-ayat berikut ini dapat dijadikan sebagai bekal untuk motivasi :
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permaianan dan senda gurau ….. (Quran Surat Muhammad : 36)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur. (Quran Surat At-Takaatsur: 1-2)
Maka janganlah harta benda dan anak-anak, mereka menarik hatimu.
Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan
anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak
akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.
(Quran Surat At-Taubah : 55)
Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. ……… Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
(Quran Surat Hadiid : 20)
Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.
Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau
mereka mengetahui. (Quran Surat Al-Ankabuut: 64).
Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan berdosa,
maka sesungguhnya baginya mereka jahanam. Ia tidak mati di dalamnya
dan tidak (pula) hidup. ( Quran Surat Thaha : 74).
Menurut Imam Ghazaly. Kelak semua manusia akan melintasi jembatan
yang di bawahnya terdapat neraka. Jembatan ini dikenal dengan sebutan
shiratha’l-mustaqim. Kelak bakal ada yang melewatinya secepat kilat, ada
juga yang berlalu seperti angina atau sekencang larinya kuda, dan ada
pula yang secepat terbangnya burung. Namun di samping itu, ada juga
yang berjalan biasa atau yang merangkak hingga hangus menjadi arang.
Bahkan ada yang tersandung sehingga terjatuh ke dalam neraka. Perbedaan
cara ini dikarenakan perbedaan sikap hidup selama di dunia, yaitu
apakah selalu taat, atau sering membangkang pada aturan main-Nya.
Shiratha’l mustaqim bukanlah jembatan seperti di dunia yang dapat
ditempuh dengan kekuatan fisik atau kaki, tetapi jembatan ini hanya
dapat diseberangi dengan kekuatan hati. Hati yang selalu membangkang
ibarat sepasang kaki yang lumpuh (pincang), sedangkan hati yang selalu
taat pada aturan main-Nya ibarat sepasang kaki seorang pelari ulung.
0 komentar:
Posting Komentar