English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ Belajar Dan Berbagi Ilmu Serta Nasehat Untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah
free counters

Selasa, 14 Februari 2012

VALENTINE'S DAY DALAM PANDANGAN ISLAM


Oleh : Ustadz Ibnu Mas'ud
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagaimana mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah: 51)



Ayat diatas ada kaitannya dengan tanggal 14 Februari setiap tahunnya, dimana kita dapat menyaksikan banyak media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar acara-acara pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu Valentine’s Day atau biasa disebut hari kasih sayang. Biasanya pada hari itu saling mengucapkan ”Selamat Valentine”, berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang dan cinta.



Sangat disayangkan banyak ABG saudara kita muslimin dan muslimat terkena penyakit ikut-ikutan dan mengekor pada budaya barat atau budaya ritual agama lain akibat pengaruh TV dan media massa lainnya. Termasuk dalam hal itu ’Hari Valentine’, yang pada dasarnya adalah mengenang kembali Pendeta St. Valentine. Belakangan, virus Valentine tidak hanya menyerang remaja bahkan orang tua pun turut larut dalam perayaan yang bersumber dari budaya barat ini.


 
Sejarah Hari Valentine


Penulis mengutip artikel berkaitan dengan Valentine dari buku terbitan Yayasan Al-Sofwa, disana dikatakan menurut ensiklopedia Katolik menyebutkan ada tiga versi tentang Valentine, tetapi versi terkenal adalah kisah Pendeta St. Valentine yang hidup diakhir abad 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St. Valentine yang telah menentang beberapa perintahnya.



Claudius II melihat St. Valentine mengajak manusia kepada agama nasrani, lalu dia memerintahkan untuk menangkapnya. Dalam versi kedua, Claudius II memandang para bujangan lebih tabah dalam berperang daripada mereka yang telah menikah yang sejak semula menolak untuk pergi berperang. Maka dia mengeluarkan perintah yang melarang pernikahan. Tetapi St. Valentine menentang perintah tersebut dan terus mengadakan pernikahan di gereja dengan sembunyi-sembunyi sampai akhirnya diketahui lalu dipenjarakan. Dalam penjara dia berkenalan dengan putri seorang sipir penjara yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan jatuh cinta kepadanya. Sebelum dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu ucapan yang bertuliskan, ”Dari yang tulus cintanya, Valentine.” Hal itu terjadi setelah anak tersebut memeluk agama nasrani bersama 46 kerabatnya.



Versi ketiga menyebutkan ketika agama nasrani tersebar di Eropa, di salah satu desa terdapat sebuah tradisi Romawi yang menarik perhatian para Pendeta. Dalam tradisi itu para pemuda selalu berkumpul setiap pertengahan bulan Februari. Mereka menulis nama-nama gadis desa dan meletakkannya di dalam kotak, lalu para pemuda mengambil salah satu nama dari kotak tersebut, dan gadis yang namanya keluar akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun. Ia mengirimkan sebuah kartu bertuliskan, ”dengan nama tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu kartu ini.”



Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini, para pendeta memutuskan mengganti kalimat ”dengan nama tuhan Ibu” dengan kalimat ”dengan nama Pendeta Valentine” sehingga dapat mengikat para pemuda tersebut dengan agama nasrani. Bahkan saat ini beredar kartu perayaan keagamaan ini dengan gambar anak kecil dengan dua sayap terbang mengitari gambar hati sambil mengarahkan anak panah kearah hati yang sebenarnya itu merupakan lambang tuhan cinta bagi orang-orang Romawi.


Hukum Merayakan Hari Valentine


Keinginan untuk ikut-ukutan memang sifat manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. Tirmidzi)



Bila dalam merayakan bermaksud untuk mengenang kembali pendeta Valentine, maka tidak disangasikan bahwa ia telah kafir, dan apabila ia tidak bermaksud demikian, maka ia telah melakukan sesuatu kemungkaran yang besar. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, ”Memberi selamat atas ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, ”Selamat hari raya!” dan semisalnya, Bagi yang mengucapkannya, sekalipun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah SWT itu. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya daripada meminum khamer dan sejenisnya.



Abu Waqid ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut Dzatu Anwath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata di pohon tersebut. Para sahabat Rasul berkata, ”Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath, sebagaimana mereka (orang-orang musyrik) mempunyai Dzatu Anwath.” Maka Rasululah bersabda, ”Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ’Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. Tirmidzi, ia menshahihkannya)



Adalah wajib bagi setiap muslim melaksanakan wala’ dan bara’ (loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salafus shalihin. Yaitu mencintai orang-orang mukmin dan membenci orang-orang kafir serta menyelisihi mereka dalam ibadah dan prilaku. Serta mengetahui bahwa sikap seperti di dalamnya terdapat kemaslahatan yang tidak terhingga, sebaliknya gaya hidup yang menyerupai orang kafir justru mengandung kerusakan yang lebih banyak. Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang, lagi pula, menyerupai kaum kafir dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati, apabila hal itu tidak segera disadari akan menjerumuskan ke api neraka.



Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Diantaranya, seorang Ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, dan seterusnya. Semoga Allah senantiasa menjadikan hidup kita penuh kecintaan dan kasih sayang yang tulus dan diridhai, amin. Wallahu A’lam....

2 komentar:

Sip...matur tengkyu Yu....jadi tambah jelas...:-)
Jazakallah Khairan....

Alhamdulillah...Sama2 Kang,wa iyyakum... ^_^

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...